Caritas Keuskupan Ketapang adalah lembaga pelayanan kemanusiaan yang hadir untuk menggerakkan komunitas dalam meningkatkan ketangguhan diri dan pengorganisasian diri sebagai upaya mengurangi kerentanan
Memiliki Identitas Caritas yaitu Melayani dengan Kasih (Deus Caritas Est), dan bekerja berdasarkan visi dan misi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dianut oleh Caritas Keuskupan Ketapang
Melayani berdasarkan Konteks (profilling) yang mengacu pada prioritas isu-isu kerentanan yang dihadapi masyarakat di wilayah Keuskupan Ketapang menuju masyarakat yang resilien terhadap bencana yang sewaktu-waktu mengancam.
Pasca bencana banjir bandang di Tanjung
29/8, "ada 14 KK kehilangan tempat tinggal, diantaranya 3 rumah hanyut dan
sisanya rusak berat," jelas Mimi tim relawan posko ketika ditanya dalam
rapat FGD identifikasi masalah & rencana kontigensi 25/9. Hasil kajian 2
identifikasi korban 10/9 oleh Caritas Keuskupan Ketapang dan Caritas Indonesia
serta tim posko Tanjung juga menemukan kapasitas yang masih dimiliki oleh warga
adalah mereka masih punya kebun untuk menyadap terutama bagi ibu janda atau
rumah tangga yang tidak jadi buruh perkebunan sawit, sebagian dari mereka masih
punya tabungan di Credit Union Gemala Kemisiq untuk modal berusaha. Namun
mereka dalam 3 bulan kedepan (oktober-des) masih trauma takut banjir datang
lebih besar lagi karena masa itu adalah masuk awal musim penghujan seperti
peristiwa tahun biasanya. Banyak warga terutama para ibu rumah tangga dan anak
yang sengaja belum mengemas kembali pakingan barang dalam karung mau pun
kantong dan tas.
Situasi lain juga menunjukan adanya
pembangunan kembali jembatan darurat penghubung antar dua desa, jembatan
penghubung kerapkali dipakai antar warga desa Tanggerang mau pun desa Teluk
Runjai sebagai jalan transportasi umum dan jalan menuju usaha tani. Namun di
tempat lain dibagian hilir dua desa tadi belum ada jembatan darurat yang
dibanagun, tampak aktifitas anak sekolah terpaksa menyebrang dengan meniti
dahan dahan dan batang pohon besar yang melintang di sungai Jelai tersebut.(Papin)
Kegiatan petani hortikultura lahir bermula dari kegelisahan yang di alami
para petani tradisional di Laman Satong terhadap kondisi ekonomi keluarga yang semakin sulit dan tingginya
tingkat ketergantungan masyarakat dari
suplai bahan pangan (seperti sayur mayur dan buah-buahan ) dari luar.
Atas dasar keprihatinan terhadap kondisi tersebut maka dari
10 penerima manfaat program HEF muncullah kesadaran kolektif sekitar 6 kepala keluarga memulai
usaha tani tanaman muda (hortikultura) yang dikelola secara serius dan menetap.
Transformasi dari system ladang
ke tanaman hortikultura sistim menetap berkelanjutan
Sentra
lokasi tanaman petani berjarak sekitar
8-10 km dari perumahan, yang masih berhutan murni dan tanahnya subur. 6
KK mengawali usahatani hortikultura dengan membuka lahan diawali ditanami padi .
Pasca panen tanaman padi dilanjutkan dengan usahatani tanaman hortikultura
untuk orientasi pasar.
Selanjutnya lahan bekas ladang
tersebut dikelola dengan system intensif dan menetap dengan mengembangkan
komoditas hortikultura yang memiliki
segmen pasar, seperti pisang, jagung, cangkok manis, terong, cabe, tentimun,
dan papaya.
Petani tanaman hortikultura
membuka lahan untuk budidaya tanaman hortikultura 20 tahun lalu, lebih dulu dari perusahaan perkebunan kelapa sawit P. KAL
(Kayong Agro Lestari) dan group PT.
BGA. Masuknya koorporasi
tersebut tak terelakan terjadi “ gesekan”
dengan petani hortikultura tentang rencana ekspansi lahan kelapa sawit.
Kelompok petani hortikultura tidak menjual
lahan dan lokasi tanaman hortikultura mereka kepada koorporasi. “ Lahan
kami hanya ini yang masih ada, luas wilayah di wilayah desa Laman Satong hamper
75% telah dikonversi untuk usaha koorporasi yang berbasis lahan dan hutan,”
unggap ketua kelompok tani hortikultura, pak Paulus Pau, sambil mengenang
perjuangannya mempertahankan lahannya.
Masuknya PT. KAL, sebagai
koorporassi yang mengembangkan kelapa sawit yang berbatasan langsung dekat lokasi petani hortikultura, disamping
berdampak negative, tetapi disisi lain memberikan peluang yang baik bagi
usahatani hortikulura. PT. KAL mempunyai lebih 1000 an karyawan yang tinggal di
perumahan perkebunan.
“Saat ini tentang pemasaran hasil dari
komoditas tanaman hortikultura yang kami budidayakan tidak ada masalah, bahkan
kalau musim panen, dalam satu hari kami dapat ‘meraih’ (menjual) 3 kali ke
konsumen dari karyawan perusahaan dan selalu habis!” ungkap pak Lambat dengan semangat.
Peningkatan Kapasitas dan
pengelolaan petani hortikultura
Sejak Maret 2017 kelompok tani
hortikultura dan kelompok tani tanaman padi di dampingi oleh CKK bekerjasama
dengan HEF(Kedutaan Besar New Zealand). “ Intervensi kita adalah meningkatkan kapasitas petani dalam
mengelola usahataninya agar lahirnya petani yang adaptif terhadap perubahan
kondisi iklim dan sumber daya alam, inovatif dan resilen,” ungkap Markus Oyen,
coordinator program. Berdasarkan data assessment lapangan CKK per Agustus
,income rata-rata per bulan dari
penjualan hasil komoditas tanaman hortikultur berkisar Rp. 1.500.000,- Rp.
3.2500.000,- (MOY)
Suasana rapat koordinasi multi pihak bersama Uskup Ketapang
Banjir yang merendam 17 Desa di Kecamatan Jelai Hulu dan 5 Desa di Kecamatan
Manis Mata membawa berkah bagi kita, di antaranya
kita menjadi semakin bersaudara, kita semakin
dibukakan mata terhadap situasi dan lingkungan
bahwa kita memerlukan
kesadaran baru, kita belajar berkomunikasi-berkoordinasi dan mengenali yang kita
beri informasi. Kita diajak untuk mengingat kembali bahwa kita punya kekuatan seperti
berdoa bersama, melakukan acara adat dan lain-lain. Demikian disampaikan oleh Mgr
Pius Priana Prapdi, Uskup Ketapang dalam pertemuan koordinasi dengan berbagai stakeholders
di sekretariat POSKO Kemanusiaan Paroki Santa Maria Assumpta Tanjung, Kantor Desa
Tanggerang, Kecamatan Jelai Hulu Kabupaten Ketapang, 11 September 2017.
Sebagaimana diketahui, Posko Kemanusiaan Paroki Santa Maria Assumpta Tanjung
yang memiliki Semboyan Bela Rasa 1 Rasa 1 Jiwa yang telah menarik perhatian dari
berbagai pihak ini merupakan Posko yang pada awalnya digagasi oleh beberapa aktifis
Paroki, Pemerintah desa Tanggerang dan desa Teluk Runjai, untuk menanggapi peristiwa
banjir yang merendam setidaknya 1.712 rumah di 22 Desa Kecamatan Jelai Hulu dan
Manis Mata, yang juga telah mengakibatkan putusnya jembatan Lamboi dan jembatan
Tanjung, 7 rumah di Tanjung hilang, 4 rumah di Tanjung tumbang, 3 rumah di Tanjung
rusak berat, 13 rumah di Tanjung rusak ringan.
POSKO ini dijalankan secara terorganisir dengan struktur relawan yang jelas
apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga kepedulian
para pihak terhadap kejadian ini dapat disalurkan secara tepat sasaran. Selain itu
posko ini juga bekerja bukan hanya dalam kondisi tanggap darurat saja, tetapi sampai
pada upaya-upaya rekonstruksi dan recovery.
Selain menyalurkan bantuan, tim
dibantu oleh Yayasan Caritas Keuskupan Ketapang dan Karina (Karitas Indonesia) bekerjasama
dengan tim dari Credit Union Gemala Kemisiq, menghimpun berbagai informasi untuk
mengetahui menjadi penyebab maupun potensi atau kekuatan yang masih dimiliki oleh
masyarakat, seperti bagaimana para korban bersikap dan bertindak pasca bencana,
belajar dari kejadian ini, sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk kondisi
darurat, sumber daya manusia yang dapat diajak bekerjasama dan lain-lain. Dengan
demikian akan mempermudah upaya mengajak masyarakat bangkit dan melakukan apa yang
sebaiknya dilakukan ke depannya.
Sehingga setelah habis masa tanggap darurat berdasarkan NOTA PASTORAL Keuskupan
Ketapang yang berakhir 12 September 2017, namun relawan akan terus melanjutkan upayaupaya
untuk terselenggaranya rekonstruksi dan recovery.
Dengan rencana ini maka komitmen dan kerjasama berbagai pihak sangat diharapkan,
tanpa memandang siapapun kita. Kejadian ini cukup memberikan pelajaran berharga
untuk melakukan perubahan, memperbaiki sikap dan cara hidup. Saatnya kita bekerjasama
bukan saja hanya dengan manusia tetapi dengan semua makhluk di bumi. Kita harus
bekerjasama dengan alam. Bukan mengambil hasilnya saja, tapi kita juga mau menjaga,
memelihara dan merawat alam yang menjadi sumber kehidupan. Sebelum mengakhiri pertemuan
koordinasi, Uskup menegaskan bahwa Keuskupan Ketapang berkomitmen bahwa Keuskupan
Ketapang ingin masyarakat bukan hanya sekedar kembali ke kondisi normal, tapi meningkat.
Uskup juga mengingatkan bahwa ‘naga’ yang disebutsebut sebagai penyebab terjadinya
banjir itu merupakan simbol penguasa (kuasa punya aturan, kuasa menentukan apa yang
mau dilakukan dan kuasa punya uang). Oleh sebab itu menurut Uskup Ketapang, kita
harus menyuarakan apa yang menjadi hak hidup kita agar kita semakin bersaudara dengan
semua - bukan hanya dengan manusia tetapi
dengan semua makhluk yang ada di alam.
Selasa, 12 September 2017, Tim Posko Paroki St Maria Assumpta Tanjung mengadakan rapat untuk membagikan pengalaman Forum Group Discussion (FGD) yang diadakan tim enumerator (kajian data) untuk memverifikasi secara kualitatif data kuantitatif yang telah dihimpun oleh tim selama masa penanganan bencana banjir yang terjadi di bantaran sungai Jelai tempo hari (30/08/17). Proses yang dilakukan tim adalah masuk ke desa-desa terdampak dan bertemu dengan warga terdampak. Warga terdampak dikategorikan laki-laki dan perempuan dengan ketentuan peserta minimal sejumlah 12 orang. Pembedaan kelompok diskusi dengan kategori laki-laki dan perempuan ini dimaksudkan untuk membaca kebutuhan lebih cermat.
Pendalaman data melalui FGD ini dilakukan di 8 Desa yang dipilih oleh tim berdasar wilayah bantaran sungai dan tingkat kemendesakan bantuan. Desa-desa tersebut adalah Pasir Mayang, Sidahari, Tanggerang (desa-desa bagian hulu anak sungai Kiri), Karangdangin, Riam Danau, Kesumajaya (desa-desa bagian hulu anak sungai Jelai), Deranuk (desa pertemuan dua anak sungai) dan Asam Jelai (desa bagian hilir sungai Jelai).
Mengenai informasi desa-desa yang berada di bantaran sungai Jelai, klik di sini.
Banyak hal yang menarik diungkapkan para warga yang terdampak bencana banjir ini. "Mereka seperti belum memiliki tempat untuk membuang beban perasaan yang mereka lakukan," kata Jurin salah satu tim kajian data FGD. "Karena pemerintah (tingkat kabupaten -red) sangat lambat dalam proses penanganan bencana ini, maka banyak warga yang merasa terbebani atas bencana ini," kata Danang, salah satu tim kajian data FGD. "Kebutuhan laki-laki dan perempuan jauh berbeda. Para laki-laki kebanyakan mengungkapkan kebutuhan yang mendesak mereka dalam peralatan teknis untuk bekerja dan bertani. Sementara itu, para perempuan lebih banyak mengeluhkan kebutuhan-kebutuhan peralatan dapur dan rumah tangga," tambah Danang.
Seusai melakukan FGD, Liong Kun dan para tim kajian data lainnya membantu para korban bencana untuk mulai cermat mengamati terjadinya bencana. Mereka membuat garis tanda ketinggian air sungai pada salah satu rumah warga di Pasir Mayang yang posisinya paling rendah dan menempel bibir sungai. "Kami membuat garis ketinggian 50, 75, dan 100 centimeter dari tanah. Bapak yang ada di rumah itu mengevakuasi diri sejak air setinggi 50 cm dan akhirnya selamat karena akhirnya tak lama kemudian, sungai itu merendam seluruh rumah itu yang tingginya kira-kira 2,8 meter. Saya memberi tahu kepadanya bahwa kalau air sudah sampai ketinggian 50 cm meter di desa Pasir Mayang, desa Tanggerang harus mulai siaga. Ini berguna agar mereka yang hidup di pinggir sungai sepanjang sungai Jelai ini bisa saling berbagi kewaspadaan," kata Liong Kun.
Setelah berbagi cerita tentang FGD yang dilakukan, RD Ignasius Made sebagai Penanggungjawab Capacity Building meminta agar kesempatan ini menjadi pembelajaran yang berharga bagi Tim Posko Paroki Tanjung untuk semakin mampu mencari data dengan cermat. Fredericus Sundoko, tim koordinator tanggap darurat Karitas Nasional, meminta agar semua data dikompilasi menjadi satu kesatuan informasi. "Apa yang kita lakukan dalam pendataan ini sangat bagus karena dari 214 responden kita, ada 58,4% responden perempuan, 26,2 % responden laki-laki dan 7,9% anak-anak perempuan, 7,5%, anak laki-laki. Ini berarti perhatian kita pada kebutuhan perbedaan gender cukup baik," kata Sundoko. Tim kajian data FGD melanjutkan dengan kerja kelompok untuk menyatukan data-data tersebut. (MoNdhan)
Bendera Merah Putih kebanggaan Bangsa Indonesia berkibar di tengah reruntuhan bangunan rumah yang terdampak banjir Sungai Jelai (30/08/17). Tidak ada yang mengetahui siapa yang memasang bendera tersebut. Sungai Jelai memang tidak pernah banjir sekurang-kurangnya 50 tahun terakhir ini. Menurut banyak penduduk yang puluhan tahun tinggal di bantaran Sungai Jelai, bencana banjir yang terjadi selama ini, tidak pernah sebesar ini. Meski tidak ada ucapan resmi pemerintah "turut prihatin" kepada korban, bencana ini tetap merupakan bencana terbesar sepanjang sejarah sungai Jelai.
Tidak ada korban jiwa yang tercatat sejauh pengamatan tim pendataan Posko Bela Rasa Paroki St Maria Assumpta Tanjung. Namun demikian, menurut data yang dihimpun tim per 8 September 2017, ada setidaknya 13 rumah yang mengalami kerusakan berat, dan ratusan rumah yang rusak karena terendam air luapan sungai. Selain itu, banyak penduduk yang kehilangan harta, ternak, lahan pertanian dan Saat ini, tim pendataan yang dikoordinir oleh RD Bernardus Tedy Prasetyo sedang memusatkan perhatian untuk mendata secara khusus 75 Kepala Keluarga (KK) di desa Tanggerang agar dapat memperkirakan jumlah keseluruhan kerugian yang diakibatkan oleh banjir sungai Jelai yang melanda 17 Desa di Kecamatan Jelai Hulu maupun Manismata. "Data menyeluruh mengenai kerusakan bangunan ini sangat diperlukan untuk masa setelah emergency respon," kata Mgr Pius Riana Prapdi, Uskup Ketapang.
Sejak kunjungan beliau pada tanggal 1 September 2017, Mgr Pius menekankan pentingnya sikap bela rasa bagi korban terdampak banjir. Bela rasa adalah sikap dasar yang harus dimiliki para relawan untuk berjuang dan ikut serta merasakan apa yang dirasakan para korban bencana. Dengan sikap demikian, relawan harus membantu agar korban betul-betul dipulihkan. Oleh karena itu, bantuan dibagi dalam tiga masa yakni, Emergeny Respon (Tanggap Darurat), Reconstruction (Perbaikan), dan Recovery (Pemulihan). Mgr Pius menetapkan Vikaris Jenderal Keuskupan Ketapang, RD Laurentius Sutadi menjadi ketua umum Posko Bela Rasa Paroki St Maria Assumpta Tanjung. Sementara itu, RD Eduardus Banggut, pastur kepala paroki St Maria Assumpta Tanjung ditetapkan sebagai koordinator lapangan posko. (MoNdhan)
Sebuah video pendek yang dirangkum dari bencana banjir yang terjadi di Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang.
Tak banyak yang tahu kabar tentang banjir di tempat kami ini. Video ini dibuat sekedar sebagai catatan kecil bahwa dalam sejarah Negara Indonesia, pernah terjadi banjir besar di sungai Jelai yang terbesar sepanjang sejarahnya. Kami tidak berharap media massa mengekspose video ini, atau pemerintah Indonesia mengucapkan "turut prihatin", karena lebih baik bagi mereka jika mereka melihat dan berjumpa langsung mereka yang terdampak banjir. Terima kasih lagu September Ceria ciptaan James F Sundah yang dipopulerkan Vina Panduwinata menyemangati kami untuk bekerja dan bergotong-royong dalam masa-masa tanggap darurat, perbaikan dan pemulihan dampak bencana banjir. Tuhan selalu mengampuni human error. Tapi alam selalu punya cara sendiri untuk memperbaiki diri. Yakinlah Tuhan masih terus beserta kita dan membakar semangat solidaritas dalam diri kita. (MoNdhan)
Lokasi Bencana :
Desa-desa di bantaran Sungai Jelai, Kecamatan Jelai Hulu dan Manis Mata
Periode Laporan : Jumat, 8 September 2017
Sumber Data : Posko
Kemanusiaan Paroki St Maria Assumpta Tanjung
Pelapor :
Vincentius Bondhan
LATAR BELAKANG
Pada hari Senin, 28 Agustus 2017
pada pukul 21.00 WIB, terjadi hujan deras menyeluruh di Kecamatan Jelai Hulu
yang mengakibatkan sungai Jelai meluap dan merusak desa-desa bagian hulu yakni:
Desa Pasir mayang, Rangga Intan dan Sidahari. Pada hari Selasa 29 Agustus 2017,
dampak luapan sungai meluas sampai ke arah hilir. Banjir kiriman terus meluas
sampai ke desa-desa hilir sungai Jelai mencakup kecamatan Jelai Hulu dan Manis
Mata. Aliran deras banjir telah menghanyutkan beberapa rumah, lumbung-lumbung
padi, memutus jembatan penghubung antara desa-desa dan merendam sebagian besar
rumah-rumah di bantaran sungai Jelai. Di Desa banjir kiriman datang dari desa
ke desa dengan jarak waktu kurang lebih satu hari. Desa Tanggerang dan Teluk Runjai
terdampak pada hari Rabu, 30 Agustus 2017 dini hari, sementara itu, desa Perigi
yang berada di hilirnya, terdampak pada hari Kamis 31 Agustus 2017, pagi hari.
Dusun Limus dan Deranuk terdampak pada hari Kamis, 31 Agustus, sore hari. Sementara
itu, Desa Periangan di Riam Kota (ibukota kecamatan Jelai Hulu) terdampak pada
hari Jumat, 1 September 2017, dini hari. Sampai pada hari Selasa, 5 September
2017, banjir kiriman telah sampai di Desa Sengkuang Merabung, Desa Kemuning,
Desa Terusan dan Desa Silat, sementara itu, kondisi air di hulunya, yakni Desa
Kelampai dan Pangkalan Baru, mulai surut. Banjir di Desa Tanggerang disertai
arus yang deras, sementara di desa Periangan, arus tidak sangat deras. Ini terjadi
karena semakin ke hilir, sungai semakin lebar dan datar, tidak securam yang di
hulu.
WILAYAH TERDAMPAK
Sungai Jelai memiliki dua anak
sungai. Anak sungai yang berhulu di Desa Pasir Mayang dikenal dengan nama
Sungai Kiri yang kemudian melewati Desa Rangga Intan, Desa Sidahari, Desa
Tanggerang, Desa Teluk Runjai dan Desa Perigi. Anak sungai yang berhulu di Desa
Karangdangin dikenal dengan nama Sungai Jelai melewati Desa Pangkalan Suka,
Desa Riam Danau Kanan, Desa Kesumajaya, Desa Tebing Berseri, Desa Penyarang.
Kedua anak sungai itu bertemu di desa Deranuk. Setelah itu sungai Jelai melewati
desa Periangan, Desa Asam Jelai, Desa Bikusarana, Desa Kelampai, Desa Pangkalan
Baru, Desa Sengkuang Merabung, Desa Kemuning, Desa Terusan, Desa Silat, Desa
Dibau. Akses menuju Desa-desa itu pada hari pertama desa terkena banjir selalu
terisolasi oleh karena luapan sungai Jelai maupun anak-anak sungai kecil yang
bermuara di sungai Jelai. Jalan yang ditempuh untuk mengirim bantuan berlumpur
dan berbatu melewati pegunungan dan kebun sawit. Untuk menempuh perjalanan
tersebut, tim menggunakan mobil double gardan. Mobil dipinjam dari
keluarga-keluarga di sekitar posko, Institut Dayakologi dan perusahaan Cargill.
Kesulitan utama untuk menjangkau daerah-daerah terdampak selain karena akses
jalan yang sulit adalah listrik yang tidak beroperasi selama 24 jam dan sinyal
telepon seluler yang berkali-kali hilang. Perlu diketahui, di Desa Tanggerang
tempat posko Paroki Tanjung berada, listrik hanya beroperasi di sore hari pukul
17.00 – 06.00 WIB. Komunikasi dengan desa-desa terdampak juga menjadi sangat
sulit karena beberapa desa di hilir tidak terjangkau sinyal telepon.
POPULASI TERDAMPAK
Sampai tanggal 5 September 2017,
korban yang terdampak berjumlah 1415 KK di 17 Desa. Data tambahan jumlah
populasi terdampak terbaru per 8 September 2017, di Dusun Tanjung Beringin (6
KK), di Desa Kemuning (137 KK), di Desa Terusan (100 KK) dan di Dusun Sungai
Rasak (100 KK). Data terbaru ini dapat diverifikasi pada hari Jumat, 8
September 2017. Tim akan mengirim pendata untuk memverifikasi data terdampak di
Desa Terusan dan Dusun Sungai Rasak.
KEBUTUHAN MENDESAK
Selain sembako untuk
daerah-daerah terdampak baru, kebutuhan yang mendesak saat ini adalah
peralatan-peralatan dapur, perlengkapan tidur, dan perlengkapan mandi. Selain
itu, kebutuhan kesehatan dan trauma
healing juga menjadi kebutuhan yang belum dapat secara merata ditangani tim
Posko Paroki Tanjung. Perlu diketahui, salah satu trauma umum yang dialami oleh
para korban terdampak adalah ketakutan pada hujan. Sejak terjadinya bencana
ini, cuaca sangat tidak menentu. Langit kadang-kadang cerah, namun tiba-tiba
bisa berubah menjadi mendung tebal dan turun hujan.
RESPON PEMERINTAH
Selain Posko Induk Kecamatan di
ibu kota kecamatan Jelai Hulu, berdiri juga posko kesehatan dari perusahaan
Cargill. Sampai hari ini, pemerintah belum membuat respon yang terstruktur.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah datang ke Posko Paroki Tanjung pada hari
Selasa, 5 September 2017 sekedar menanyakan beberapa hal berkaitan dengan gerak
Posko Paroki Tanjung. Setelah itu, tim BPBD melanjutkan perjalanan menurunkan
bantuan ke Posko Kecamatan.
RESPON CARITAS/KEUSKUPAN/POSKO KEMANUSIAAN PAROKI ST MARIA ASSUMPTA
TANJUNG
1.Sampai hari Rabu, 6 September 2017, data khusus,
yakni data keluarga terdampak kerusakan besar di Desa Tanggerang dan Teluk
Runjai, berhasil dihimpun tim sampai 41 KK dari target 75 KK. Pada tanggal 5
September 2017, tim mendapat tambahan relawan dari seminari Laurentius
Ketapang: 1 Frater dan 3 Seminaris. Mereka aktif bekerja pada tanggal 6
September 2017. Kesulitan mereka dalam pendataan ini adalah kurangnya relawan
lokal yang mengantar tim pendataan. Target hari Sabtu tanggal 9 September 2017,
sudah selesai.
2.Pada hari Senin, 4 September 2017, Tim mengirim
bantuan ke desa Sengkuang Merabung untuk korban terdampak di Tanjung Beringin
dan Kemuning. Karena akses ke Tanjung Beringin dan Kemuning tertutup, bantuan
dibawa kembali ke Posko Tanjung. Pada tanggal 5 September 2017, terjadi update
data untuk korban terdampak. Maka, tim mempakcaging kembali bantuan dengan
bantuan para ibu dan anak-anak asrama putri Sion, untuk Kemuning sebanyak 137
KK, Terusan sebanyak 100 KK, dan sungai Rasak sebanyak 100 KK. Karena cuaca
tidak mendukung sejak pagi hari, hujan dan mendung tebal, tim memutuskan untuk
menunda pengiriman bantuan. Pada tanggal 6 September 2017, bantuan diturunkan
di Sengkuang Merabung lalu dilanjutkan dengan perahu klotok ke Kemuning dan
Terusan. Bantuan untuk Sungai Rasak dititipkan kepada tim Terusan. Bantuan
untuk sungai rasak sampai di sana pada tanggal 7 September 2017, pukul 11.00.
jumlah bantuan yang didistribusi hari itu: Kemuning sebanyak 150 paket, Terusan
sebanyak 100 paket dan Sungai rasak sebanyak 100 paket.
3.Pada tanggal 7 September 2017, tim posko paroki
tanjung mengirim paket sembako yang kedua kalinya di Pasir Mayang, Rangga Intan
dan Sidahari. Bekerjasama dengan PT Cargill, tim Pokso paroki Tanjung
menyelenggarakan pengobatan gratis untuk Desa Pasir Mayang mulai jam
14.00-18.00 WIB. Jumlah tim PT Cargill: 1 dokter, 2 driver dan 2 orang dari
staff PT. Tim Posko Paroki Tanjung menurunkan 8 orang relawan untuk membantu
menurunkan bantuan: 2 orang mendata kerusakan, 2 driver, 3 relawan, 1 perawat. Jumlah
pasien yang mengikuti program pengbatan gratis sebanyak 90 orang. Keluhan
kesehatan kebanyakan sakit perut, demam, gatal-gatal.
4.Sampai hari ini, tanggal 8 September 2017, tim
Posko paroki Tanjung telah melayani: Desa Pangkalan Suka (103 pasien), Desa Tanggerang
(10 orang), Desa Teluk Runjai (2 pasien), Dusun Penyarang (34 pasien), Desa
Pasir Mayang (124 pasien), Desa Deranuk (39 pasien), Sengkuang Merabung (2
pasien). Total seluruhnya ada 314 pasien. Masih ada beberapa tambahan data yang
belum digabungkan oleh tim kesehatan Posko Paroki Tanjung.
5.Beberapa hal yang mendesak saat ini adalah bantuan
untuk beberapa anak sekolah yang terdampak banjir dan kehilangan peralatan
sekolah.
6.Pada tanggal 6 September 2017, tim mengadakan
rapat evaluasi dan koordinasi bersama Mgr. Pius Riana Prapdi. Monsinyur
menegaskan beberapa hal:
Bencana
mengajari kita untuk berubah. “Ada yang mengatakan tidak membuang sampah
sembarangan. Ada yang mengatakan untuk mulai bijak dengan alam. Semuanya itu
adalah usaha untuk berubah/bertobat.
Demi
alasan keselamatan, undang-undang Negara kita melarang orang membangun rumah
tinggal di bantaran sungai. Ini menjadi catatan untuk masa rekonstruksi dan
recovery.
Tim
Posko Paroki Tanjung harus mulai berkoordinasi dengan posko-posko penyalur
bantuan.
Rumah
Sakit Fatima siap melayani trauma healing bagi korban terdampak.
Dua
orang dari tim dari Karina (Karitas Nasional) akan datang membantu assessment
di Posko Paroki Tanjung kira-kira pada tanggal 10 September 2017.
Tim dari seminari Laurentius akan diminta
membantu mengerjakan pendataan sampai pendataan selesai.
Banjir Tanjung, 2017
Sejak 30 Agustus lalu, kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, dilanda bencana banjir yang meluap dari Sungai Jelai. Dusun Tanjung, Desa Tanggerang merupakan wilayah pertama yang mengalami dampak besar akibat bencana banjir tersebut.
Video ini merupakan sebagian kecil dari potret keadaan yang sebenarnya di lokasi. Dalam bencana seperti ini 3 hal yang tidak boleh hanyut terbawa bencana dalam hidup kita. Berharap, iklas dan beriman. Pasti ada rencana Tuhan yang tersembunyi yang tidak kita mengerti. Oleh karena itu biarkan rencanaNya bekerja untuk kita. Iklaskan semuanya, seperti Ibu Maria, berucap, let it be, terjadilah menurut kehendakMu, bukan menurut kehendakku. Akan ada jalan keluar yang baik bagi orang yang memiliki keyakinan, tetapi juga akan ada pembelajaran yang baik dari bencana ini. Akan ada hal yang tidak baik yang harus kita tinggalkan dan tidak boleh diulangi kembali. Saatnya untuk berani berubah Saatnya untuk berani berbagi dan memberi kepada alam, terlalu banyak yang sudah kita ambil, bahkan mungkin sudah terlalu amat banyak Saatnya untuk tidak mengulangi hal yang tidak baik. Let it be, Let it be, biarlah terjadi
Sesuai dengan seruan Mgr. Pius Riana Prapdi, Uskup Ketapang, saatnya kita berani untuk berubah, berbagi dan memberi kepada alam, demikian juga ini saatnya kita untuk berbelarasa.
Wilayah yang terdampak (Tanjung dan sekitarnya), jadikan ini menjadi wajah belarasa kita dan berani mengajak mereka untuk berubah.
Terima kasih untuk segala sumbangsih yang telah diberikan oleh para donatur. Terima kasih juga untuk segala jerih payah para relawan yang terus mendistribusikan segala jenis bantuan kepada para korban banjir. Terima kasih tidak terhingga kepada semua pihak yang telah ikut terlibat dalam membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban.
Tugas kita belum selesai. Masih ada banyak yang harus kita kerjakan setelah ini. Masih banyak yang harus kita lakukan, terutama untuk saudara-saudara kita yang menjadi korban, dan juga untuk keutuhan alam yang telah banyak memberi kepada kita.
Bila kami boleh menerima uluran kasih dari teman, sahabat, umat, salurkan donasi anda ke: Posko Tanggap Darurat Keuskupan Ketapang, atau ke Rek BCA no 8955 149.188 atas nama Keuskupan Ketapang.
Salam bela rasa
Sejak Febuari 2017 Caritas Keuskupan Ketapang sudah 7 bulan memberdayakan masyarakat Setipayan melakukan budidaya karet unggul, kegiatannya berupa pelatihan sampai praktek. Program peningkatan kapasitas masyarakat ini berdurasi setahun dan didukung oleh dana bantuan pemerintah untuk pendampingan / pembinaan agar anggota kelompok tani mampu membibit karet unggul sendiri. Rantai kegiatan mereka yang telah didampingi oleh 2 fasilitator lapang Caritas adalah seleksi biji-penyemaian biji-pembedengan-pemeliharaan batang bawah-okulasi. Berdasarkan pengalaman Caritas mendampingi kelompok tani sebelumnya di tempat lain program setahun hanya sampai pada tahap okulasi mengingat dan mempertimbangkan ketersediaan biji karet dan kalender musim kerja masyarakat peladang. Ada 30 penerima manfaat yang sedang menerima program ini dan mereka dibagi dalam 2 kelompok bernama Cahaya Lekah dan Lubuk Berunai, dan masing-masing kelompok beranggotakan 15 orang laki-laki. Agustus 2017 ini, bagi lembaga pendamping program ini sudah memasuki tahap midterm evaluasi. Kegiatan ini bertujuan untuk menilai dan melihat capaian kegiatan budidaya karet unggul yang dilakukan oleh anggota kelompok dan kegiatan pendampingan secara menyeluruh.
pertemuan penggalian partisipatif
5-6 Agustus, tim Caritas melakukan field visit ke Setipayan. Timnya ada 8 terdiri direktur, staf admin finance, staf IT, 3 volunteer, ditambah 2 fasilitator lapang. Metode kunjung lapang, tim observasi dan melakukan wawancara audio visual kepada kepada beberapa penerima manfaat di lahan kebun bedeng pada tanggal 5 sore, kegiatan dilanjutkan dengan pertemuan penggalian partisipatif pada malam harinya. Proses penggalian partisipatif berjalan dengan alot, bahkan 4 kata kunci pertanyaan penggalian kegiatan-manfaat-kesuliatan-rencana tindak lanjut yang dibahas berkembang membahas tentang pembelajaran karena dalam diskusi peserta terlibat aktif.
Selama kunjung lapang midterm evaluasi ditemukan sejumlah pembelajaran tentang kegiatan yang dilakukan oleh pribadi mau pun secara kelompok. Lewat pertemuan mau pun observasi lapang terungkap lebih banyak soal bertambahnya pengalaman pribadi dan keluarga selama melakukan kegiatan kelompok. Salah satu pembelajaran menarik dan patut ditiru oleh anggota lainnya adalah saat penanaman batang bawah ada suami dan istri berbagi peran merawatnya di bedengan agar pohon tumbuh normal subur hingga layak untuk diokulasi. Kelompok sadar bahwa syarat keberlanjutan kelompok perlu komitmen bersama, salah satunya memobilisasi dana kelompok dan meningkatkan pendapatan dengan cara menjadi pensuplai bibit karet unggul serta bermitra dengan dinas perkebunan untuk pemasaran. "Untuk memulainya kelompok perlu merancang menjadi supliyer bibit dan membangun kerjasama dengan pemerintah, namun ingat agar tidak gagal jangan mengulang lagi / mempertahankan mentalitas pola lama yang merugikan," saran fasilitator Ariston. Salah satu kesulitan yang dialami anggota adalah menejemen waktu pribadi berkegiatan di kelompok sudah di atasi dengan rapat bersama dengan fasilitator pendamping untuk penyesuaian hingga tak ada lagi benturan waktu kegiatan. Rencana tindaklanjut kelompok juga akan mendatangkan mata entres dari luar karena sudah banyak pohon batang bawah mau diokulasi. Berdasarkan laporan fasilitator lapang selaras dengan hasil kunjungan ternyata kegiatan setahun sudah melampaui kegiatan okulasi, sebagian okulator yang berhasil sudah memindahkan atau sudah menanam stum di polibag.
Kunjungan berakhir pada hari Minggu tanggal 6 Agustus dan kegiatan pun ditutup dengan misa di kapel Santa Maria Visitasi. (papin)
hasil okulasi sendiri
mengurangi kekeringan sekitar bedeng ditaburi cincangan btg pisang
serah terima bantuan masker utk masyarakat setipayan
Dulu, pada jamanreformasitelahada program pemerintahmeningkatkankesejahteraanmasyarakatmiskinnamanya P2KP atauProyekPenanggulanganKemiskinan di Perkotaan. OlehDirektoratJenderalPerumahandanPermukimanDepartemenPermukimandanPrasarana Wilayah telahmenerbitkanbukuPetunjukTeknisPelaksana program melaluipendekatanKelompokSwadayaMasyarakat (KSM), mulaidarifalsafahdasar, definisi, proses pembentukan KSM, jenisnya, upayapengembangan, criteriakemandirian, kesinambungansertatolokukurtingkatperkembangan KSM.
Lewat KSM yang terbentuk P2KP dapatmenggerakanrodaekonomimasyarakatkelasmenengahkebawahbaik di perkotaanmau pun di perdesaan. Kini, pascareformasimuncullagiistilah yang samanamunbedasingkatannyayaitu program PercepatanPenganekaragamanKonsumsiPangan (P2KP juga), tujuandansasaranpenerimamanfaatnyasamayaitumasyarakatmiskin yang membutuhkanpendampingandanpeningkatankapasitaspengelolaanekonomi/pangan local yang produktif.
MelaluikonsepKawasanRumahPangan Lestari (KRPL) sejak Mei 2017 di KabupatenKetapangsudahada 5 KelompokWanitaTanimelakukanoptimalisasipemanfaatanpekarangandengan 3 carayaitumembangunkebun/rumahbibit, membangun demo plot/kebunkelompok, danpengembanganpekarangan. Berdasarkan Surat KeputusanNomor 206 Tahun 2017 danPetunjukTeknisGerakan P2KP Tahun
2017 olehDinasPangan, PeternakandanKesehatanHewanPemerintahProvinsi Kalimantan Barat bagipenerimanmanfaatmenerima dana BantuanPemerintahsebesar 15 juta rupiah per kelompok.
KelompokWanitaTani Sejahtera adalahsalahsatupenerima Dana BantuanPemerintanlewat Program P2KPdariDesaBalai Pinang KecamatanSimpang Hulu. “Anggotanya 20 wanita, namuntidakgampangmengembangkanwadahiniwalau pun akanadapendampingandanpelatihandariPendampingDesa, “ kataketuapengurus KSM KayuBunga (MS.Aliang)ketikadiundangdalamkegiatansosialisasi KRPL bagiibu-ibu. UngkapseorangibuErvinaAcinnamanya“ Yangpentingdariawalkitaharusterbuka, suamiistrimaukerjasama, danbenar-benarmenjalankankegiatanini,” bu Ami menambahkan “prinsipnyasederhana, yang maukerjadialah yang dapathasil, kitatidakbolehsalingmengaduapabilaadasalahseorangtemankitatidakberkegiatanmungkinkarenaadahalangandemikianjugakitapadasaatnyananti, yang pentingomong-omong (komunikasi) jalan.”
Dan masihadalagikalimat-kalimatarifnamundenganbahasa yang
sederahanapraktisterucapkansaatpertemuan di kediamanbuToron
(29/05/2017) baikuntukpembelajarankelompok.
Tanpamerekasadari, ternyatakelestariankelompokdapathidupdengancaramenjalankanprinsipdannilai “RumahBetang”, yang
sesungguhnyaituadalahwarisan moral danwarisan social darinenekmoyang yang takternilaiharganya. Tidakhanyaomongdoingtapidipraktekandenganmelibatkansuamidalammelakukankegiatan KRPL. Misalnyamembangunkebunbibit, membangundemplot, danmengembangkanpekarangandimulaiolehbeberapakeluargadandikerjakansecarabersamahinggajadi. Beberapaanggotamewujudkandemokrasi, menghargaipendapatataumengikutipendapatterbaikketikaadaperbedaanmelaksanakankegiatan, antaranggotawalau pun tidaksemuanyasebagian di antaramerekamausalingtolongmenolongketikapemeliharaantanamanmudadanpemberianpakanternakkelompok, kandangayamlantaidasarnyaditaburiserbuksomeldisirami 1 minggusekalidengancairan EM-4 agar dalamkandangdanlingkungansehat,dantidakkalahpentinglagimerekasudahmampumemastikanbahwalewat KRPL memproduksikebutuhanpokokselainbernilaijual. (Papin)
Sosialisasi Menu Pangan Beragam Bergizi Sehat & Aman Dikonsumsi
Undang – Undang Nomor 18 Tahgun 2012 tentang Pangan mengamanatkan bahwa negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional mau pun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah NKRI sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya local. Dan, dalam rangka ikut mendukung pembangunan nasional, Badan Ketahanan Pangan mempunyai visi tahun 2015-2019, yaitu : “Terwujudnya ketahanan pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumber daya local berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan.” Dalam misinya Badan Ketahanan Pangan harus berperan mengoordinasikan perumusan kebijakan ketahanan pangan yang meliputi aspek ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, dan pemanfaatan pangan. Dalam memainkan peran tersebut sehingga mencapai visi yang telah ditetapkan maka Badan Ketahanan Pangan mengemban lima misi; meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya local, memantapkan penanganan kerawanan pangan, meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat untuk pangan pokok, mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat berbasis sumber daya kelembagaan dan budaya local, mewujudkan keamanan pangan segar(sumber:Renstra Badan Ketahanan Pangan th 2015-2019).
Pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan bertujuan untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai tingkat perseorangan secara berkelanjutan. Kita lihat salah satu strategi untuk memperkuat ketahanan pangan di provinsi KalBar programnya adalah dengan cara meningkatkan daya beli masyarakat melalui diversifikasi usaha, penciptaan lapangan kerja di sector pertanian dan non pertanian yang berbasis di pedesaan. Cara kedua, adalah menggali dan mengembangkan potensi pangan local namun pemerintah masih harus bersinergi dengan lembaga penelitian/perguruan tinggi untuk menggali dan mengembangkan pangan local karena pengembangan pangan local ini belum banyak banyak dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Sedangkan upaya peningkatan ketahanan pangan di Kabupaten Ketapang sudah ada petani di Desa Sungai Awan Kanan, Kecamatan Muara Pawan, memulai panen perdana padi varietas unggul Mekongga dan Inpari 3 hasil kerja sama dalam program ketahanan pangan Kodim 1203 Ketapang dan Dinas Pertanian setempat (sumber:Antara-KalBar.com, 27/2/2015), dan program percepatan ketahanan pangan (P2KP) melalui konsep kawasan rumah pangan lestari (KRPL) oleh Kelompok Wanita Tani Sejahtera di Dusun Kayu Bunga Desa Balai Pinang Kec.Simpang Hulu.
Berdasarkan petunjuk teknis (juknis), dinas ketahanan pangan dan perikanan kabupaten ketapang lewat tim survey lapang penyuluh pertanian lapang (ppl) pak sudario kepada anggota KWTS, bahwa program P2KP berkonsep KRPL punya 4 kegiatan utama yang boleh dimanfaatkan oleh masyarakat lewat kelompok adalah pertama pembuatan kebun bibit, di sini penerimaanfaat boleh menanam dan menyemai bibit sayuran bibit buah apa saja baik dari lokal mau pun dari hibrida, tapi yang diprioritaskan adalah menghidupkan bibit lokal dengan cara tanam di kebun. Kedua, pembuatan demplot, di tempat ini adalah tempat sarana belajar bagi anggota kelompok untuk berbudi daya tanam tanaman muda, atau dengan istilah lainnya dari dinas ketahanan pangan lahan demoplot adalah laboratorium lapang bagi anggota kelompok. Ketiga, pengembangan pekarangan, anggota boleh mengelola atau memelihara ternak unggas kolam ikan aquaponik/hidroponik sembari urus demplot tanaman. Keempat, perlunya sosialisasi menu pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman dikonsumsi oleh masyarakat (B2SA). Hasil KRPL lah yang akan diolah menjadi B2SA.
Kelompok wanita tani sejahtera yang beranggotakan 20 orang telah menerima bantuan pemerintah sebesar 15 juta rupiah pada bulan Mei 2017. Dana banpem ini telah mereka manfaatkan untuk buat demplot 2 juta, buat kebun bibit 6 juta dan buat pengembangan pekarangan bagi anggota 7 juta rupiah. KWTS melakukan kegiatan KRPL mulai Juni 2017 s/d 2018. Selama berkegiatan, kelompok ini didampingi oleh seorang penyuluh pertanian lapang (PPL) desa (Sudario) bekerjasama dengan seorang volunteer Caritas Keuskupan Ketapang (Papin) dalam capacity building dan pengorganisasian. Diharapkan P2KP KRPL ini bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi anggota KWTS. (Papin).
Rumah Bibit dan Kandang Ayam Bangkok Kelompok Wanita Tani Sejahtera
Caritas Keuskupan Ketapang bersama dengan lembaga donor HEF New Zealand kembali hadir di tengah-tengah komunitas petani di Manjau, Desa Laman Satong. Kegiatan yang mempunyai tema besar
"PENINGKATAN
KAPASITAS PETANI YANG SEDANG DAN/ATAU TERANCAM KRISIS RAWAN PANGAN DAN
KERUSAKAN ALAM MELALUI KEGIATAN PENDAMPINGAN TERHADAP PETANITENTANG SISTEM PERTANIAN INTENSIF/MENETAP
TANPA ‘BAKAR’DI DESA LAMAN
SATONG"
diawali dengan semiloka yang diadakan di Manjau pada tanggal 12-13 Maret 2017.
Petani di
wilayah Kabupaten Ketapang khususnya dan seluruh wilayah Kalimantan umumnya
dihadapkan pada situasi dilematis Karena sistem pertanian ladang saat ini
dan di masa yang akan datang mengalami hambatan dan tantangan yang semain
hebat, seperti semakin menurunnya produktivitas hasil pertanian, semakin
terbatasnya lahan/SDA yang ideal untuk lokasi pertanian, dampak perubahan iklim global dan/atau local
yang sudahtidak mendukung proses
pertanian,danmindset (pola pikir) dan kinerja (etos
kerja)masyarakat/petani belum/tidak optimal dalam melakukan peralihan dan adaptasiterhadap perubahan-perubahan tersebut,dan relatif terbatasnya aplikasi dan
replikasi pelbagai praktek-praktek baik/kearifan lokal dan inovasi pertanian (
lokal dan adopsi) dalam system pertanian yang intensif/menetap sehingga
produktif sepanjang musim.
Desa Laman
Satong merupakan salah satu daerah yang sudah mulai terdampak situasi
tersebut. Menurut data, diperkirakan hampir 70%
dari total luas wilayahnya telah dan/atau sedang dirubah peruntukannya
atau dikonversi untuk pembangunan fisik dan areal korporasi berbasis
lahan/hutan (perkebunan kelapa sawit ,pertambangan,dll )serta kawasan konservasi /kawasan milik adat
(hutan desa dan tembawang). Perubahan bentang alam tersebut diperkirakan turut
andil dalam menurunkan daya dukung/daya
tampung dan daya dukung lingkungan, sehingga dalam 1 dekade terakhir wilayah
tersebut rentan terjadi bencana banjir, kekeringan, kebakaran/bencana asap,
dll.
Atas fakta
dan litani yang sedang dan/atau akan di alami
masyarakat / petani tersebut, maka Caritas Keuskupan Ketapang (CKK)
bersama para pihak yang peduli akan melakukan kegiatan untuk ambil bagian dalam
mencari solusi terhadap tantangan dan hambatan yang sedang dan/atau akan dialami
masyarakat/petani di wilayah Desa Laman Satong, dengan program “Peningkatkan
kapasitas petani (petani ladang) yang
mengalami krisis rawan pangan dan
kerusakan lingkungan melalui kegiatan pendampingan keluarga petani tentang
sistem pertanian yang intensif/menetap
(produktif) dengan meminimalisir
pembakaran lahan ”.
Agar tujuan
program ini tercapai maka diperlukan sinergi dan ketulusan/kesadaran yang nyata
dari masyarakat/petani yang terdampak masalah, tokoh masyarakat dan parapihak
yang terkait. Kegiatan ini akan di awali
dengan semiloka tentang “peningkatan kapasitas petani yang sedang dan/atau akan
mengalami krisis rawan pangan melalui kegiatan pendampingan tehadap petani
tentang sistem pertanian intensif/menetap tanpa bakar.”
Tujuan
Tereksplorasi
dan teridentifikasinya pola pikir (mindset), sistem nilai (pola tingkah laku,
pola sikap mental dan orientasi usahatani) masyarakat/petani yang menghambat
atau menunjang pengembangan sistem pertanian intensif/menetap tanpa
bakar di desa Laman Satong.
Terindentifikasinya praktek-praktek baik (best practice case) dan
inovasi-inovasi di tingkat local maupun adopsi dari luar yang dapat
direpllikasi dan diterapkan dalam sistem pertanian intensif tanpa bakar di desa
Laman Satong.
Adanya
rencana kerja yang dibangun secara partisipatif dansesuai konteks masalah serta solusi
pelaksanaansistem pertanianintensif tanpa bakar di desa Laman Satong
Output
Peserta /petani memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang
pola pikir (mindset) dan sistem
nilai-nilai (value) yang dapat dipertahankan/menunjang atau dihilangkan/menghambat
pelaksanaan sistem pertanian intensif tanpa bakar, berkelanjutan dan ramah
lingkungan
Peserta/petani mendapatkan informasi dan acuan tentang
pelbagai solusi dalam pelaksanaan sistem pertanian intensif tanpa bakar dalam
bentuk praktek-praktek baik (best practice case) dan inovasi-inovasi di tingkat
local maupun adopsi.
Adanya rencana kerja kelompok tani yang disusun secara
partisipatif, menjawab permasalahan dan konteks di desa Laman Satong.
Terbentuknya 3 kelompok tani untuk pengembangan
program pertanian sistem intensif tanpa bakar di Desa Laman Satong.
Kajian, identifikasi dan eksplorasi tentang pola pikir
(midset) dan sistem nilai (value) masayarakat/petani yang perlu
dikembangkan/menunjang atau menghambat/dihilangkan dalam pelaksanaan sistem
pertanian intensif tanpa bakar, berkelanjutan dan ramah lingkungan di desa Laman Satong.
Identifikasi praktek-praktek baik (best practice case)
dan inovasi-inovasi yang dapat direplikasi dan dikembangkan dalam sistem
pertanian intensif tanpa bakar.
Menyusun rencana kerja partisipatif dan pembentukan
kelompok tani sistem pertanian intensif tanpa bakar.
P Pemateri
-P. Ign. Made Sukartia (Direktur Caritas Keuskupan
Ketapang)
-Tobias Sukanto (Praktisi Peternakan dan pertanian)
-Danang S ( Praktisi IT/media/ manajemen sistem
informasi)
-Marselus ( Pemerhati sistem pertanian konvensional
dan intensif )
Metode/Proses
Metode/proses
yang digunakan di dalam ruangan/diluar ruangan, FGD, komunikasi
dua arah, simulasi dan praktek serta metode pendidikan orang dewasa.
Bagan alur (flow-chart proses semiloka)
: terlampir.
Peserta/participant.
1
Perwakilan petani
45 orang
2
Utusan stakeholder terkait
5 orang
3
Tim CKK/narasumber
11 orang
4
OC lokal
8 orang
Total
69 orang
Penutup
Kami berharap
kepada petani atau parapihak yang terlibat dalam proses kegiatan ini untuk
membangun mindset (pola pikir) yang konstruktif-edukatif dan terlibat aktif
dalam mencari jalan keluar dalam pengembangan sistem pertanian intensif tanpa
bakar. Semua peserta adalah sebagai sumber pengetahuan/kekerampilan atau
jendela dunia. Diharapkan dari kesadaran
individu dapat menjadi kesadaran bersama membangun semangat dan
tindakan-gerakan dalam mengembangkan sistem pertanian intensif tanpa bakar di
wilayah desa Laman Satong. Semoga, GBU.
Ketapang, 1 Maret
2017
Hormat kami,
Tim SC/CKK,
JADWAL SEMILOKA
NOTULENSI SEMILOKA
Hari & tanggal : Minggu, 12-13/3-2017
Waktu
: Minggu
11.00 – 17..00 WIB
Tempat
: Gedung PNPM
dusun Manjau desa Laman Satong
Materi rapat : PENINGKATAN KAPASITAS TANI YANG
TERANCAM KRISIS PANGAN DAN KERUSAKAN ALAM MELALUI KEGIATAN PENDAMPINGAN
TERHADAP PETANI TTG SISTEM PERTANIAN INTENSIF/MENETAP TANPA BAKARDI DESA LAMAN SATONG
Moderator : Pia Sezi Nurwanti
Notulis
: Yohanes
Budin
Jumlah peserta : Hadir: 42 Orang
Susunan acara : 1. Pembukaan
·Doa pembukaan oleh : Bpk. Yohanes
Terang
·Pengarah Steering Committee Bpk.
Oyen
·Sambutan dari Bapak Kades Laman
Satong, Bpk. Sri Yanto
·Sambutan dari Direktur Yayasan
Caritas Keuskupan Ketapang
Pokok bahasan : 1.Menjelaskan Tor semiloka, tujuan kegiatan,
tema
2. Waktu dan pelaksanaan
seminar.
3. Peserta seminar,
kelompok tani dari dusun Manjau
4. Biaya penyelenggaraan
seminar,
5. Pembicara seminar
6. Pembentukan panitia peyelenggara seminar.
Point-point bahasan: Pada Pertemuan
Sesi I, Minggu, 12/3
Bapak Markus Oyen selaku
program Manager untuk program pendampingan kelompok tani mengingatkan kembali
hasil kompilasi assessment yang pernah diadakan di wilayah dusun Manjau kepada
20 responden acak mengenai mata pencaharian utama penduduk dan cara mengusahakan
mata pencaharian. Pada umumnya penduduk di sekitar dusun Manjau adalah bertani
sawah payak dan bekerja sebagai buruh di perkebunan sawit. Rata-rata kebiasaan
petani masih membakar ladang. Setahun ini pemerintah telah mengusahakan sistim
bersawah dengan cara membuat pematang dan pengairan dengan alat-alat berat,
agar para petani lebih cepat dan mudah mengelola sawah mereka. Payak yang
mereka garap adalah Payak Bujang, 10 Km dari pemukiman petani. Tempat itu dulu
adalah pondok atau dahas penduduk yang sekarang menetap di dusun Manjau. Maka
bagi mereka yang pernah tinggal di pedahasan Bujang, tentu memiliki kedekatan
hati dan pengalaman sejarah yang lebih baik dari mereka yang berasal dari
pedahasan lain yang sekarang juga ikut bergabung mengolah paya itu karena hanya
itu tanah payak yang boleh diolah dan diijinkan pemerintah. Oleh karena itu
siapapun ingin bergabung dalam pendampingan bersawah tanpa membakar harus
memiliki kemauan kuat dan komitmen tinggi untuk bekerja dalam kelompok.
Tanah yang luas dan subur tidak
sejalan dengan penghidupan atau matapencaharian, karena ternyata sebagian besar
responden menjawab bahwa mereka
mengalami krisis pangan, karena beras saja membeli, padahal lahan siap, akan
tetapi tidak diolah karena keterbatasan SDM. Kesimpulannya, krisis pangan
menjadi persoalan dan masalah yang harus dicari jalan keluarnya. Pendampingan
sangat diperlukan. Maka Caritas Keuskupan Ketapang sebagai lembaga kemanusiaan
ingin hadir menemani kelompok membantu mereka yang bener berkomitmen membantu
diri mereka sendiri lepas dari ketergantungan.
Maka tujuan semiloka ini adalah
memetakan kembali persoalan, hambatan, akar penyebab masalah krisis pangan ini,
memetakan praktek baik yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan hidup.
Menyusun rencana kerja dengan terukur bertanggungjawab serta menyusun timeline
kegiatan.
Apa harapan Bapak Kades selaku pemangku Desa yang bertanggungjawab untuk
masyarakat desanya. Kehadiran Caritas sangat kami dambakan, meski kami belum
tahu apa yang akan menjadi kegiaatan utamanya.Seperti apa model pendampingannya
kelak.
Selama ini Dusun Manjau banyak
mendapat bantuan dari lembaga non pemerintah, banyak mendapat perhatian dari
perusahan yang bekerja di wilayah ini melalui program CSR, namun pendampingan
hanya sekilas-sekilas saja, sehingga mudah terbang menghilang terbawa angina.
Kedepan kami berharap agar
terjadi perubahan pada pola piker masyarakat, tidak tergantung dari bantuan
luar, tapi sungguh mampu berdiri diatas kaki mereka sendiri, dengan mengolah
sumber alam ini melalui cara-cara yang maju. Kelompok dampingan juga serius
tidak anget -anget tai ayam, tidak setengah-setangah melainkan serius.
Caritas Keuskupan Ketapang
hadir untuk membantu komunitas yang benar-benar mau membantu diri mereka
sendiri. Model pendampingan darurat sudah bukan opsi tunggal lagi. Comunitas
yang sanggup membangun tata kelola diri menjadi sangat penting dan mendesak.
Semuanya itu dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan diri.
Jadi Caritas hadir untuk menjadi
pendamping kelompok tani kusus bertani sawah tanpa bakar. Meningkatkan pengorganisasian kelompok agar faham tentang
bekerja sama dalam kelompok. Belajar membuat proposal yang benar dan terukur.
Bapak Petrus Apin akan lebih
lengkap menengungkap apa yang dimaksud dengan program kerja yang terukur,
berdasarkan analisis pohon masalah. Setiap peserta diajak untuk memahami dan
mencari tahu dimana sebetulnya akar masalah sehingga sehingga kalua kita tahu
penyakitnya kita tahu mengobatinya.
Oleh karena itu peserta dibagi ke
dalam 4 kelompok diskusi. Setiap kelompok membahas pertanyaan: pertama, apa mendukung dan penghambat sistim pertanian
menetap tanpa bakar? Pertanyaan kedua: apa solusi menghadapi penghambat
tersebut, ketiga, siapa saja lembaga atau pemangku kepentingan yang lain yang
bisa mendukung kegiatan kita?
Hasil diskusi untuk jawaban no 1
ke empat kelompok melihat bahwa Manjau memang memiliki lahan pertanian basah,
yang telah digarap dengan bantuan pemerintah ada 40 hektar terletak di Payak
Bujang. Ada penyuluh petani lapangan (PPL), Desa mendukung,
Hal hal yang menghambat: beberapa
lahan garapan belum Hak Penggunaan lain. Kurangnya pengetahuan tehnik bertani,
modal kerja kurang. Kurang mampu mengatur waktu kerja. Kerja yang amburadul,
tidak focus.
Solusi: mencari mitra kerja,
desa, Lsm, pemda, gotong royong
Pemangku kepentingan atau
stakeholder yang bisa diajak untuk bermitra dan bekerja sama: Perusahan, PT.KAL
(Ketapang Agro Lestari) PSE, DPR, DESA, Dinas Pertanian,Perkebunan dan
peternakan,Dinas PU bidang pengairan, BPP, TNC (the natural concervation),CUPS,
Litbang, Yayasan Asri, Laman Mining, FFI, Tropenbosh Belanda.
Sharing dari Bapak Aloysius Rahmad:
Pensiunan Mantri Kesehatan ini
memanfaatkan masa pensiunnya untuk aktif dalam kegiatan pemberdayaan bersama
Caritas. Kisah suksesnya menjadi penggarap tanah payak dengan cara modern,
cukup menarik untuk disimak. Menanam padi local dengan (SRI) system of rice
intesification. Mengundang keingin tahuan para peserta. Pasalnya benih yang
ditanam hanya tunggal dan nanti akan beranak menjadi banyak. Persoalannya sekarang, banyak orang
pingin bersawah lebar luas, tapi pemeliharaannya tidak intensif. Lebih baik
bertanam padi tidak luas tapi intensif dan hasilnya terukur. Jelasnya.
“Kisah Manjau Tanah yang
terberkati” itulah kisah sharing Yohanes
Terang,seorang konservasionis yang telah menerbitkan buku puisi tentang
menjaga yang tersisa. Dia berkali kali mengingatkan motonya: BBUBB, Berpikir
bersama untuk berusaha bersama. Manjau menjadi gadis yang banyak dilirik orang.
Kalau kita sendiri tidak aktip dan peduli, kita akan ditinggalkan. Mari kita
jaga tanah yang diberkati agar kita menjadi manusia yang terberkati.
Thobias Sukanto SH,
wirausaha; dengan semangat mengajak dan memotivasi peserta untuk rajin, pintar,
jujur, ulet, iklas, cermat dalam berusaha. Jauhkan pikiran negative, misalnya
malas. Hanya anda seorang yang dapat membuat diri anda berubah dan berbuah, kecuali anda mau
dikunyahkan orang terus menerus.
Sharing Danang S : Praktisi
media. Apapun kegiatan kita, kalau tidak didokumenkan tidak akan menjadi pembelajaran
bagi kita. Media social dapat menjadi sarana pembelajaran yang baik untuk
setiap kegiatan yang kita dokumentasikan dengan baik.
Lanjutan Kegiaatan Senin,13/3
Merumuskan akar permasalahan
system pertanian tanpa bakar: narasumber Petrus Apin.
Ada beberapa akar permasalahan
yang muncul dalam FGD: merasa bangga menjadi buruh perusahan karena tidak ada
kerja lain, mentalitas lemah, mau serba instan, tidak ada kemauan keeras. SDM
lemah ditambah lagi tidak ada pendampingan berorganisasi dan berkelompok. Disign
sawah yang kurang baik, berlum terbiasa bertani sawah di lahan basah, kurang
mampu membagi peran,pekerjaan dan waktu dalam keluarga.
Dampak: kerja amburadul, tidak
focus, tidak ada rencana kerja yang jelas, gotong royong kurang, ketersediaan air
sawah kurang.
Sharing dari Narasumber
mengengenai solusi:
no
Kegiatan
Cara melaksanakan
waktu
1
Training managemen waktu
menjawab soal waktu dan peran
Pelatihan sehari bekerja sama
dengan PSE dab Carutas
2
Serial diskusi tentang
penguatan kelompok tani, mengusulkn legal formal kelompok tani,susun ad,art,
RK, pembuatan proposal
Fasilitator, FGD, CKK
3.
Penyusunan Modul bersama
tentang budidaya padi di layan basah