"PENINGKATAN
KAPASITAS PETANI YANG SEDANG DAN/ATAU TERANCAM KRISIS RAWAN PANGAN DAN
KERUSAKAN ALAM MELALUI KEGIATAN PENDAMPINGAN TERHADAP PETANI TENTANG SISTEM PERTANIAN INTENSIF/MENETAP
TANPA ‘BAKAR’DI DESA LAMAN
SATONG"
diawali dengan semiloka yang diadakan di Manjau pada tanggal 12-13 Maret 2017.
Petani di
wilayah Kabupaten Ketapang khususnya dan seluruh wilayah Kalimantan umumnya
dihadapkan pada situasi dilematis Karena sistem pertanian ladang saat ini
dan di masa yang akan datang mengalami hambatan dan tantangan yang semain
hebat, seperti semakin menurunnya produktivitas hasil pertanian, semakin
terbatasnya lahan/SDA yang ideal untuk lokasi pertanian, dampak perubahan iklim global dan/atau local
yang sudah tidak mendukung proses
pertanian, dan mindset (pola pikir) dan kinerja (etos
kerja) masyarakat/petani belum/tidak optimal dalam melakukan peralihan dan adaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut, dan relatif terbatasnya aplikasi dan
replikasi pelbagai praktek-praktek baik/kearifan lokal dan inovasi pertanian (
lokal dan adopsi) dalam system pertanian yang intensif/menetap sehingga
produktif sepanjang musim.
Desa Laman
Satong merupakan salah satu daerah yang sudah mulai terdampak situasi
tersebut. Menurut data, diperkirakan hampir 70%
dari total luas wilayahnya telah dan/atau sedang dirubah peruntukannya
atau dikonversi untuk pembangunan fisik dan areal korporasi berbasis
lahan/hutan (perkebunan kelapa sawit ,pertambangan,dll )serta kawasan konservasi /kawasan milik adat
(hutan desa dan tembawang). Perubahan bentang alam tersebut diperkirakan turut
andil dalam menurunkan daya dukung/daya
tampung dan daya dukung lingkungan, sehingga dalam 1 dekade terakhir wilayah
tersebut rentan terjadi bencana banjir, kekeringan, kebakaran/bencana asap,
dll.
Atas fakta
dan litani yang sedang dan/atau akan di alami
masyarakat / petani tersebut, maka Caritas Keuskupan Ketapang (CKK)
bersama para pihak yang peduli akan melakukan kegiatan untuk ambil bagian dalam
mencari solusi terhadap tantangan dan hambatan yang sedang dan/atau akan dialami
masyarakat/petani di wilayah Desa Laman Satong, dengan program “Peningkatkan
kapasitas petani (petani ladang) yang
mengalami krisis rawan pangan dan
kerusakan lingkungan melalui kegiatan pendampingan keluarga petani tentang
sistem pertanian yang intensif/menetap
(produktif) dengan meminimalisir
pembakaran lahan ”.
Agar tujuan
program ini tercapai maka diperlukan sinergi dan ketulusan/kesadaran yang nyata
dari masyarakat/petani yang terdampak masalah, tokoh masyarakat dan parapihak
yang terkait. Kegiatan ini akan di awali
dengan semiloka tentang “peningkatan kapasitas petani yang sedang dan/atau akan
mengalami krisis rawan pangan melalui kegiatan pendampingan tehadap petani
tentang sistem pertanian intensif/menetap tanpa bakar.”
Tujuan
- Tereksplorasi dan teridentifikasinya pola pikir (mindset), sistem nilai (pola tingkah laku, pola sikap mental dan orientasi usahatani) masyarakat/petani yang menghambat atau menunjang pengembangan sistem pertanian intensif/menetap tanpa bakar di desa Laman Satong.
- Terindentifikasinya praktek-praktek baik (best practice case) dan inovasi-inovasi di tingkat local maupun adopsi dari luar yang dapat direpllikasi dan diterapkan dalam sistem pertanian intensif tanpa bakar di desa Laman Satong.
- Adanya rencana kerja yang dibangun secara partisipatif dan sesuai konteks masalah serta solusi pelaksanaan sistem pertanian intensif tanpa bakar di desa Laman Satong
Output
- Peserta /petani memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang pola pikir (mindset) dan sistem nilai-nilai (value) yang dapat dipertahankan/menunjang atau dihilangkan/menghambat pelaksanaan sistem pertanian intensif tanpa bakar, berkelanjutan dan ramah lingkungan
- Peserta/petani mendapatkan informasi dan acuan tentang pelbagai solusi dalam pelaksanaan sistem pertanian intensif tanpa bakar dalam bentuk praktek-praktek baik (best practice case) dan inovasi-inovasi di tingkat local maupun adopsi.
- Adanya rencana kerja kelompok tani yang disusun secara partisipatif, menjawab permasalahan dan konteks di desa Laman Satong.
- Terbentuknya 3 kelompok tani untuk pengembangan program pertanian sistem intensif tanpa bakar di Desa Laman Satong.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Dusun
Manjau-Desa Laman Satong, Kec. MHU, Minggu-Senin,
tgl. 12-13 Maret 2017
Agenda Kegiatan ( Jadwal Semiloka terlampir).
- Kajian, identifikasi dan eksplorasi tentang pola pikir (midset) dan sistem nilai (value) masayarakat/petani yang perlu dikembangkan/menunjang atau menghambat/dihilangkan dalam pelaksanaan sistem pertanian intensif tanpa bakar, berkelanjutan dan ramah lingkungan di desa Laman Satong.
- Identifikasi praktek-praktek baik (best practice case) dan inovasi-inovasi yang dapat direplikasi dan dikembangkan dalam sistem pertanian intensif tanpa bakar.
- Menyusun rencana kerja partisipatif dan pembentukan kelompok tani sistem pertanian intensif tanpa bakar.
P Pemateri
-
P. Ign. Made Sukartia (Direktur Caritas Keuskupan
Ketapang)
-
Tobias Sukanto (Praktisi Peternakan dan pertanian)
-
Yohanes Terang ( Praktisi lingkungan )
-
Aloysius R (Pelopor sistem tembawang masa kini)
-
Petrus Apin (Praktisi pertanian organik/peneliti)
-
Markus Oyen ( Pemerhati/peneliti pertanian)
-
Danang S ( Praktisi IT/media/ manajemen sistem
informasi)
-
Marselus ( Pemerhati sistem pertanian konvensional
dan intensif )
Metode/Proses
Metode/proses
yang digunakan di dalam ruangan/diluar ruangan, FGD, komunikasi
dua arah, simulasi dan praktek serta metode pendidikan orang dewasa.
Bagan alur (flow-chart proses semiloka)
: terlampir.
Peserta/participant.
1
|
Perwakilan petani
|
45 orang
|
2
|
Utusan stakeholder terkait
|
5 orang
|
3
|
Tim CKK/narasumber
|
11 orang
|
4
|
OC lokal
|
8 orang
|
Total
|
69 orang
|
Penutup
Kami berharap
kepada petani atau parapihak yang terlibat dalam proses kegiatan ini untuk
membangun mindset (pola pikir) yang konstruktif-edukatif dan terlibat aktif
dalam mencari jalan keluar dalam pengembangan sistem pertanian intensif tanpa
bakar. Semua peserta adalah sebagai sumber pengetahuan/kekerampilan atau
jendela dunia. Diharapkan dari kesadaran
individu dapat menjadi kesadaran bersama membangun semangat dan
tindakan-gerakan dalam mengembangkan sistem pertanian intensif tanpa bakar di
wilayah desa Laman Satong. Semoga, GBU.
Ketapang, 1 Maret
2017
Hormat kami,
Tim SC/CKK,
JADWAL SEMILOKA
NOTULENSI SEMILOKA
Hari & tanggal : Minggu, 12-13/3-2017
Waktu
: Minggu
11.00 – 17..00 WIB
Tempat
: Gedung PNPM
dusun Manjau desa Laman Satong
Materi rapat : PENINGKATAN KAPASITAS TANI YANG
TERANCAM KRISIS PANGAN DAN KERUSAKAN ALAM MELALUI KEGIATAN PENDAMPINGAN
TERHADAP PETANI TTG SISTEM PERTANIAN INTENSIF/MENETAP TANPA BAKAR DI DESA LAMAN SATONG
Moderator : Pia Sezi Nurwanti
Notulis
: Yohanes
Budin
Jumlah peserta : Hadir: 42 Orang
Susunan acara : 1. Pembukaan
·
Doa pembukaan oleh : Bpk. Yohanes
Terang
·
Pengarah Steering Committee Bpk.
Oyen
·
Sambutan dari Bapak Kades Laman
Satong, Bpk. Sri Yanto
·
Sambutan dari Direktur Yayasan
Caritas Keuskupan Ketapang
Pokok bahasan : 1.Menjelaskan Tor semiloka, tujuan kegiatan,
tema
2. Waktu dan pelaksanaan
seminar.
3. Peserta seminar,
kelompok tani dari dusun Manjau
4. Biaya penyelenggaraan
seminar,
5. Pembicara seminar
6. Pembentukan panitia peyelenggara seminar.
Point-point bahasan: Pada Pertemuan
Sesi I, Minggu, 12/3
Bapak Markus Oyen selaku
program Manager untuk program pendampingan kelompok tani mengingatkan kembali
hasil kompilasi assessment yang pernah diadakan di wilayah dusun Manjau kepada
20 responden acak mengenai mata pencaharian utama penduduk dan cara mengusahakan
mata pencaharian. Pada umumnya penduduk di sekitar dusun Manjau adalah bertani
sawah payak dan bekerja sebagai buruh di perkebunan sawit. Rata-rata kebiasaan
petani masih membakar ladang. Setahun ini pemerintah telah mengusahakan sistim
bersawah dengan cara membuat pematang dan pengairan dengan alat-alat berat,
agar para petani lebih cepat dan mudah mengelola sawah mereka. Payak yang
mereka garap adalah Payak Bujang, 10 Km dari pemukiman petani. Tempat itu dulu
adalah pondok atau dahas penduduk yang sekarang menetap di dusun Manjau. Maka
bagi mereka yang pernah tinggal di pedahasan Bujang, tentu memiliki kedekatan
hati dan pengalaman sejarah yang lebih baik dari mereka yang berasal dari
pedahasan lain yang sekarang juga ikut bergabung mengolah paya itu karena hanya
itu tanah payak yang boleh diolah dan diijinkan pemerintah. Oleh karena itu
siapapun ingin bergabung dalam pendampingan bersawah tanpa membakar harus
memiliki kemauan kuat dan komitmen tinggi untuk bekerja dalam kelompok.
Tanah yang luas dan subur tidak
sejalan dengan penghidupan atau matapencaharian, karena ternyata sebagian besar
responden menjawab bahwa mereka
mengalami krisis pangan, karena beras saja membeli, padahal lahan siap, akan
tetapi tidak diolah karena keterbatasan SDM. Kesimpulannya, krisis pangan
menjadi persoalan dan masalah yang harus dicari jalan keluarnya. Pendampingan
sangat diperlukan. Maka Caritas Keuskupan Ketapang sebagai lembaga kemanusiaan
ingin hadir menemani kelompok membantu mereka yang bener berkomitmen membantu
diri mereka sendiri lepas dari ketergantungan.
Maka tujuan semiloka ini adalah
memetakan kembali persoalan, hambatan, akar penyebab masalah krisis pangan ini,
memetakan praktek baik yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan hidup.
Menyusun rencana kerja dengan terukur bertanggungjawab serta menyusun timeline
kegiatan.
Apa harapan Bapak Kades selaku pemangku Desa yang bertanggungjawab untuk
masyarakat desanya. Kehadiran Caritas sangat kami dambakan, meski kami belum
tahu apa yang akan menjadi kegiaatan utamanya.Seperti apa model pendampingannya
kelak.
Selama ini Dusun Manjau banyak
mendapat bantuan dari lembaga non pemerintah, banyak mendapat perhatian dari
perusahan yang bekerja di wilayah ini melalui program CSR, namun pendampingan
hanya sekilas-sekilas saja, sehingga mudah terbang menghilang terbawa angina.
Kedepan kami berharap agar
terjadi perubahan pada pola piker masyarakat, tidak tergantung dari bantuan
luar, tapi sungguh mampu berdiri diatas kaki mereka sendiri, dengan mengolah
sumber alam ini melalui cara-cara yang maju. Kelompok dampingan juga serius
tidak anget -anget tai ayam, tidak setengah-setangah melainkan serius.
Caritas Keuskupan Ketapang
hadir untuk membantu komunitas yang benar-benar mau membantu diri mereka
sendiri. Model pendampingan darurat sudah bukan opsi tunggal lagi. Comunitas
yang sanggup membangun tata kelola diri menjadi sangat penting dan mendesak.
Semuanya itu dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan diri.
Jadi Caritas hadir untuk menjadi
pendamping kelompok tani kusus bertani sawah tanpa bakar. Meningkatkan pengorganisasian kelompok agar faham tentang
bekerja sama dalam kelompok. Belajar membuat proposal yang benar dan terukur.
Bapak Petrus Apin akan lebih
lengkap menengungkap apa yang dimaksud dengan program kerja yang terukur,
berdasarkan analisis pohon masalah. Setiap peserta diajak untuk memahami dan
mencari tahu dimana sebetulnya akar masalah sehingga sehingga kalua kita tahu
penyakitnya kita tahu mengobatinya.
Oleh karena itu peserta dibagi ke
dalam 4 kelompok diskusi. Setiap kelompok membahas pertanyaan: pertama, apa mendukung dan penghambat sistim pertanian
menetap tanpa bakar? Pertanyaan kedua: apa solusi menghadapi penghambat
tersebut, ketiga, siapa saja lembaga atau pemangku kepentingan yang lain yang
bisa mendukung kegiatan kita?
Hasil diskusi untuk jawaban no 1
ke empat kelompok melihat bahwa Manjau memang memiliki lahan pertanian basah,
yang telah digarap dengan bantuan pemerintah ada 40 hektar terletak di Payak
Bujang. Ada penyuluh petani lapangan (PPL), Desa mendukung,
Hal hal yang menghambat: beberapa
lahan garapan belum Hak Penggunaan lain. Kurangnya pengetahuan tehnik bertani,
modal kerja kurang. Kurang mampu mengatur waktu kerja. Kerja yang amburadul,
tidak focus.
Solusi: mencari mitra kerja,
desa, Lsm, pemda, gotong royong
Pemangku kepentingan atau
stakeholder yang bisa diajak untuk bermitra dan bekerja sama: Perusahan, PT.KAL
(Ketapang Agro Lestari) PSE, DPR, DESA, Dinas Pertanian,Perkebunan dan
peternakan,Dinas PU bidang pengairan, BPP, TNC (the natural concervation),CUPS,
Litbang, Yayasan Asri, Laman Mining, FFI, Tropenbosh Belanda.
Sharing dari Bapak Aloysius Rahmad:
Pensiunan Mantri Kesehatan ini
memanfaatkan masa pensiunnya untuk aktif dalam kegiatan pemberdayaan bersama
Caritas. Kisah suksesnya menjadi penggarap tanah payak dengan cara modern,
cukup menarik untuk disimak. Menanam padi local dengan (SRI) system of rice
intesification. Mengundang keingin tahuan para peserta. Pasalnya benih yang
ditanam hanya tunggal dan nanti akan beranak menjadi banyak. Persoalannya sekarang, banyak orang
pingin bersawah lebar luas, tapi pemeliharaannya tidak intensif. Lebih baik
bertanam padi tidak luas tapi intensif dan hasilnya terukur. Jelasnya.
“Kisah Manjau Tanah yang
terberkati” itulah kisah sharing Yohanes
Terang,seorang konservasionis yang telah menerbitkan buku puisi tentang
menjaga yang tersisa. Dia berkali kali mengingatkan motonya: BBUBB, Berpikir
bersama untuk berusaha bersama. Manjau menjadi gadis yang banyak dilirik orang.
Kalau kita sendiri tidak aktip dan peduli, kita akan ditinggalkan. Mari kita
jaga tanah yang diberkati agar kita menjadi manusia yang terberkati.
Thobias Sukanto SH,
wirausaha; dengan semangat mengajak dan memotivasi peserta untuk rajin, pintar,
jujur, ulet, iklas, cermat dalam berusaha. Jauhkan pikiran negative, misalnya
malas. Hanya anda seorang yang dapat membuat diri anda berubah dan berbuah, kecuali anda mau
dikunyahkan orang terus menerus.
Sharing Danang S : Praktisi
media. Apapun kegiatan kita, kalau tidak didokumenkan tidak akan menjadi pembelajaran
bagi kita. Media social dapat menjadi sarana pembelajaran yang baik untuk
setiap kegiatan yang kita dokumentasikan dengan baik.
Lanjutan Kegiaatan Senin,13/3
Merumuskan akar permasalahan
system pertanian tanpa bakar: narasumber Petrus Apin.
Ada beberapa akar permasalahan
yang muncul dalam FGD: merasa bangga menjadi buruh perusahan karena tidak ada
kerja lain, mentalitas lemah, mau serba instan, tidak ada kemauan keeras. SDM
lemah ditambah lagi tidak ada pendampingan berorganisasi dan berkelompok. Disign
sawah yang kurang baik, berlum terbiasa bertani sawah di lahan basah, kurang
mampu membagi peran,pekerjaan dan waktu dalam keluarga.
Dampak: kerja amburadul, tidak
focus, tidak ada rencana kerja yang jelas, gotong royong kurang, ketersediaan air
sawah kurang.
Sharing dari Narasumber
mengengenai solusi:
no
|
Kegiatan
|
Cara melaksanakan
|
waktu
|
1
|
Training managemen waktu
menjawab soal waktu dan peran
|
Pelatihan sehari bekerja sama
dengan PSE dab Carutas
|
|
2
|
Serial diskusi tentang
penguatan kelompok tani, mengusulkn legal formal kelompok tani,susun ad,art,
RK, pembuatan proposal
|
Fasilitator, FGD, CKK
|
|
3.
|
Penyusunan Modul bersama
tentang budidaya padi di layan basah
|
Bekerja sama dengan BPP/PPL
|
|
4
|
Konsultasi tentang mendisign
pengaturan Irigasi
|
Konsultasi dengan dinas PU
|
|
5
|
Serial diskusi ethos kerja
|
Fasilitator/FGD
|
Proses pembentukan kelompok:
Terbentuk 4 kelompok tani yaitu
kelompok:
I. Kelompok Bujang Perintis:
Ketua: Idi
Sekretaris: Ludang
Bendahara: Yohanes Terang
Anggota: Sriyanto, Santo, Daud,
Aphen, Ripin, Akion, Ferry, Damli Ali, Perikan, Yo.
II.Kelompok Bujang Betuah:
Keetua: Mario Vianey Lohok
Sekretaris: Albertus Dol
Bendahara: Antonius Ayok
Anggota: Sucin,Minan, Alpendi,
Idom, Samat, Taja, Arnold, Konsen
III.Kelompok Batu Belawang
Ketua: Stefanus Saiful
Sekretaris: Aboi
Bendahara: Kasman
Anggota: F.Asak, Markus, Sebek,
Anto, Takim, Gondon, Yusuf,
IV.Kelompok Tanjung Bujang:
Ketua : Daniel
Sekretaris: Umit
Bendahara: Honda
Anggota: Aciap, Iwan, Ulis, Apit,
Dina, Misah, Hendrikus Sara, Ola, Ami, Iya
Penyusun rencana kerja bersama
kelompok untuk 1 th
Ketua
Notulis
Markus
Oyen
Yoh.
Budin
TEASER VIDEO :
TEASER VIDEO :