PSE-Caritas Ketapang

Website Resmi PSE-Caritas Keuskupan Ketapang

VIDEOS

 


“Bumi sekarang sedang menjerit kesakitan. Air hujan adalah tetesan air mata kesedihan dari bumi yang sedang menjerit ini. Bumi yang panas adalah hati bumi yang panas karena kita tidak pernah berterima kasih kepada Bumi yang sudah memberikan kita segalanya ini”.

Demikian sepenggal kalimat perumpaan dari Bapa Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi pada Misa Syukur Hari Pangan Sedunia Keuskupan Ketapang, yang diadakan pada tanggal 29 Oktober 2023 di Paroki Salib Suci Menyumbung, bersamaan dengan Misa Penerimaan Sakramen Krisma bagi lebih kurang 165 umat Paroki Salib Suci Menyumbung.

Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, merupakan tanggapan keprihatinan dari dunia akan perubahan iklim di bumi ini yang menyebabkan ketersediaan pangan semakin sulit, kelaparan dimana-mana. Bahkan perang yang terjadi, mayoritas karena perebutan pangan.

Merawat alam, penyedia pangan kehidupan. Itulah tema Hari Pangan Sedunia pada tahun ini. Merawat alam artinya kita memeluk alam dan menyadari bahwa di setiap mahluk yang ada Tuhan Allah yang hadir. Hal ini lah yang menjadi dasar, mengapa perlu merawat alam. Karena manusia menyadari bahwa di setiap tanah, sungai, udara dan setiap mahluk hidup di sanalah Tuhan hadir. Karena itu, sudah menjadi tugas manusia untuk menjaga, merawat, dan memelihara alam yang sudah memberikan banyak hal bagi kehidupan manusia.

Dalam surat gembala tentang Hari Pangan Sedunia, Mgr. Pius mengingatkan kembali soal Laudato Si, Ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus. Tugas utama manusia adalah sebagai wakil Allah untuk merawat, memelihara dan menciptakan kembali (menyembuhkan) alam ciptaan yang rusak kembali menjadi baik adanya.

Perilaku yang kurang baik, dalam hal sekecil apapun, seperti membuang sampah sembarangan, menyisakan makanan di dalam piring, menyisakan air minum dalam kemasan air mineral, adalah perilaku yang perlu diubah. Kecil memang, tetapi tindakan kecil ini menjadi suatu langkah baik untuk menjaga dan memelihara bumi yang kita cintai ini.

Mgr. Pius dalam acara NgoPi (Ngobrol Pintar) bersama Dewan Pastoral Paroki Salib Suci Menyumbung dan Kelompok tani yang ada di wilayah paroki, kembali mengumpamakan Bumi ini adalah Ibu kita.

“Membuang sampah sembarangan, meludah, merusak bumi, adalah tindakan yang seolah-olah tidak menghormati Ibu kita sendiri. Kita sudah mendapatkan makanan, minuman, dan banyak sekali dari bumi ini. Masa dengan Ibu kita sendiri, kita bersikap seperti itu.”

Paroki Salib Suci Menyumbung dipilih untuk menjadi pusat Perayaan Syukur Hari Pangan Sedunia Keuskupan Ketapang karena dianggap mempunyai potensi. Demikian yang disampaikan oleh RD. Yosef Kaju sebagai Perwakilan dari PSE-Caritas Keuskupan Ketapang yang juga hadir dalam kegiatan ini. Paroki Menyumbung sudah membuktikan dengan praktik baik dengan beralih dari ladang berpindah menjadi sawah organik, yang dilakukan oleh beberapa kelompok tani. Dan ini adalah usaha-usaha baik dalam mewujudkan ketahanan pangan.

Khusus di TP. Menyumbung, total ada 3 Desa yang didampingi oleh GAMAL CA, yaitu Desa Menyumbung, Desa Benua Krio, dan Desa Cinta Manis. Hal ini disampaikan oleh Bapak Leo Pede, Direktur GAMAL CA. Dari 20 Hektar lahan sawah kelompok tani, yang sudah menghasilkan (panen) lebih kurang 12 hektar. Bahkan ada anggota kelompok tani yang bisa menghasilkan padi sawah sebanyak 2 ton sekali panen.

Hal ini tentu menjadi berita yang menggembirakan. Suatu praktik baik yang bisa dicontoh oleh semua orang. Tetapi menjadi petani itu harus merasakan gagal terlebih dahulu. Bapak L. Sikat, selaku Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Ketapang, yang juga hadir dalam kegiatan ini menyampaikan kalau petani harus belajar dari kegagalannya. Bahkan dari kegagalan-kegagalan tersebut, bisa tumbuh inovasi baru untuk kepentingan pertanian. Distanakbun Kabupaten Ketapang juga siap membantu perkembangan persawahan di Menyumbung, seperti menyediakan alsintan dan bantuan lainnya.

Kegiatan NgoPi ditutup dengan makan malam bersama, dengan menyantap hidangan yang sudah disediakan oleh 17 Kring yang ada di Paroki Menyumbung. Berbagai macam olahan pangan lokal disediakan, seperti Tengkuyung, Ikan Pansuh, Tempoyak Goreng, Keripik Jengkol, Keripik Biji Durian, dan lain sebagainya.

Tanggal 30 Oktober 2023, Uskup Ketapang, Pastor Paroki, Tim PSE-Caritas Keuskupan Ketapang, Kepala Distanakbun Kabupaten Ketapang, DPP, Kepala Desa, dan rombongan lainnya, berkunjung ke sawah-sawah milik kelompok tani. Pada kesempatan ini juga, Mgr. Pius memberkati Komplek Pastoran 2, yang didalamnya terdapat kolam ikan, kebun, Gua Maria, dan kantor statistik paroki. Dilakukan juga penanaman pohon gaharu di komplek tersebut oleh Bapak L. Sikat, Pemerintahan Desa Menyumbung, Pastor Paroki, dan PSE-Caritas Keuskupan Ketapang.

Tiga wilayah pengolahan sawah oleh kelompok tani yang dikunjungi oleh Bapa Uskup dan rombongan cukup berjauhan. Bapa Uskup juga memberkati sawah dan alsintan yang ada di masing-masing lokasi dan berdialog dengan petani di sawah tersebut.

Di lokasi sawah terakhir milik Kelompok Tani Belobu, Bapa Uskup dan rombongan diberi kesempatan untuk ikut menanam padi di sawah.

Pesan dari Bapa Uskup Ketapang, “Bumi, rumah kita bersama ini, perlu dipupuk dengan pupuk organik. Kita juga harus mau diganggu. Keluar dari zona nyaman, masuk ke zona yang beresiko. Mau berkotor-kotor dengan lumpur untuk bercocok tanam. Karena dalam lumpur tersebut ada tanah, air, dan segala niat baik kita yang tercampur menjadi satu menjadi pupuk, sumber kehidupan. Bukan hanya untuk generasi kita, tapi juga untuk generasi yang akan datang.”

Hendaknya kita hidup dalam perdamaian. Seperti doa/mantra dalam Suku Dayak, “Sa… Dua… Tiga… Empat”. Satu… Dua… Tiga… Empat. Satu, berdamai dengan Tuhan. Dua, berdamai dengan sesama. Tiga, berdamai dengan alam. Empat, berdamai dengan diri sendiri.

Salam Bela Rasa (ds)


 








 

 

 

| Blogger Templates - Designed by Colorlib