PSE-Caritas Ketapang

Website Resmi PSE-Caritas Keuskupan Ketapang

VIDEOS

 Caritas Keuskupan Ketapang. Nama saya Mungkin. Saya dipercaya sebagai Ketua Kelompok Siling pancor Aji. Ini kisah kecilku belajar memanfaaatkan pekarangan untuk tanaman muda.

Sebetulnya kami orang Giet sudah terbiasa berkebun sayur, hanya saja kami selalu memanfaatkan tanah lahan yang sudah kami bakar untuk bertanam padi. Nah sambil bertanam padi, kami juga menaburkan biji sawi kampung, menebar biji mentimun, terung asam, biji jagung, sehingga ketika padi masih muda di ladang kami sudah ada sayur. Biasanya sayur tumbuh subur, dan hasilnya tidak termakan, sisanya kadang kami jual ke Balai Berkuak. Harganya biasa murah, tidak seimbang dengan perjalanan kami turun naik gunung. Disamping itu banyak orang juga secara bersamaan menjual hasil sayur yang sama. Berladang cara seperti ini memang sangat gampang. Kayu yang kami tebang kemudian kami bakar menjadikan tanah subur. Tanaman yang tumbuh pasti bagus, tidak perlu nyiram, tidak perlu merawat. Pokoknya nyaman, tinggal tunggu petik, paling-paling capek membawa ke kampung. Itulah, alam ini memang sangat memanjakan kami. Hanya saja masa menikmati sayur yang segar waktunya semusim. Setelah itu ya paling kami hanya memakan sayur sawi yang sudah dikeringkan, atau jagung yang sudah kering.

Sudah hampir 4 tahun kami mencoba memindahkan cara menanam sayur di ladang/pedahasan, dipindah ke pekarangan rumah. Wah kami malah ditertawakan. Capek-capek buat pagar. Ketika tanaman ini sudah tumbuh, datang babi tetangga, kita usir dan lempar, ee malah kita kena marah. Siapa suruh bersayur di pekarangan, salah sendiri, sindir tetangga. Yah apa boleh buat. Saya pak Mungkin tidak ingin ragu-ragu, dengan langkah pasti saya buat pagar kuat-kuat untuk menghindari tanaman saya. Bambu mudah didapat, rotan untuk mengikat pagar juga banyak. Murah meriah buat pagar. Ternyata tanaman cabe, terung asam, juga bisa tumbuh subur. Wah subur sekali. Pasalnya kami bawa tanah bakaran, kami kumpulkan tai sapi dan kami bakar, soalnya tai sapi berserakan di kampung kami. Beruntung sekali kami mendapat pendampingan dari Caritas soal menangkal hama. Soalnya di kampung hama lebih banyak dari pada  di ladang. Kami diajari memindahkah semut merah ke tanaman agar semut itulah yang memakan segala hama. Masuk akal juga ya.

Tapi, meski demikian tidaklah mudah meyakinkan tetanggaku untuk ikut belajar. Mereka memuji, bilang hebat, tapi ya sambil memetik buah cabe dan terung. Untuk teman makan pak Mungkin,sekali ini saja, besok saya akan ikut cara pak Mungkin. Besoknya datang memuji lagi. Semakin sering memuji, artinya semakin cepat cabe dan tanaman lain sirna. Nasib...nasib. Tapi ndak apalah. Mungkin itu salah satu cara untuk meyakinkan orang agar berani mencoba dan mengubah cara bertanam gampangan, artinya tanpa perawatan, tinggal lempar dan hidup.

Sangat tidak mudah meyakinkan tetangga untuk mengubah cara bertanam seperti ini. Saya selalu bersyukur hidup di tanah Giet yang telah memberi kemurahan untuk hidup, tapi sampai kapan. Tanah sudah semakin sempit. Kayu yang ditebang dan dibakar semakin langka. Apa yanag bisa disisakan untuk anak cucu saya.
Trimakasih pak Aloy dan pak Apin, pak Budin. Saya senang dapat berbagi kisah dalam pertemuan Tim monitoring KSM (27/2). Bahkan ketika tetangga tahu bahwa saya menyetor ke CU dari hasil tanaman pekarangan ini, mereka juga belum mau secara serius menekuni cara mudah memanfaatkan pekarangan. Seharusnya disaat harga karet sangat terpuruk, peluang ini harus menjadi berkat agar kita tidak hanya memeras dari alam tapi sekali kali memberi ke alam dengan merawat tanah.

Saya Pak Mungkin senang melakukan budidaya tanaman muda dan tetap belajar tentang pengelolaan keuangan keluarga. Biar sedikit yang masuk dan waduh... keluar uangnya banyak, lalu saya menyadari bahwa ada banyak cara untuk mencari rejeki dan mengamankan hasil rejeki. Belajar berkebun di pekarangannya ternyata lebih siip,mudah enak,nyaman dibandingkan berkebun jauh, capek. Memang si makan hati, karena itu tadi, banyak pujian dari tetangga. papin






| Blogger Templates - Designed by Colorlib