Selasa.6.10.20 Inspirasi pagi
Lk 10:38-42 “indahnya seni membuang waktu
Para pastor di pedalaman sangat akrab dengan model “pastoral turnee” pergi dari satu kampong ke kampong untuk mengunjungi umat. Jarak tempuh cukup jauh. Kalau musim hujan butuh waktu extra. Ketika sudah sampai di stasi belum tentu umat berkumpul. Perlu “seni membuang waktu” itu nasehat yang pernah saya dengar dari Pater Herman Cremars CP sewaktu saya menjalani tahun orientasi bersama beliau th.1982 di Tumbang titi.
Duduk menunggu umat sambil berceritra atau mendengarkan kisah ceritra termasuk seni membuang waktu. Ternyata perlu seni juga agar tidak capai dan bosan. Bagi para pastor yang sudah punya jadwal ketat kadang lebih senang biar dua tiga umat berkumpul, misa segera harus dimulai. Sekalian memberi pembelajaran agar umat disiplin, tidak molor terus dalam perayaan ekaristi, seperti itu pembelaannya.
Injil hari ini menunjukkan bahwa aktivitas hingar-bingar, bahkan ketika dilakukan untuk Tuhan, tidak selalu seperti yang diinginkan Tuhan. Ketika Yesus tiba di rumah Martha, dia mulai khawatir dan resah tentang banyak hal. Aktivitasnya yang berlebihan membuatnya merasa terbebani dan kesal terhadap saudara perempuannya Maria, menghakiminya karena tidak melakukan bagiannya dalam melayani. Yesus dengan lembut mengingatkan Marta yang menilai Maria bahwa dia harus belajar sesuatu dari saudara perempuannya. Maria telah memilih cara yang terbaik yaitu mendengarkan.
Apa pembelajaran yang bisa dipetik dari kisah Marta dan Maria?
Marta tidak salah meminta saudarinya ikut membantunya, hanya kalau lalu menjadi kawatir, sibuk benar sampai membiarkan tamu duduk kebingungan juga kurang elok. Maria memilih untuk mendengarkan, dengan ramah. Ada keseimbangan peran.
Sungguh mendengarkan juga tidak selalu mudah agar tercipta ruang yang nyaman. Perlu sebuah keterampilan. Perlu seni, agar terasa keindahan dalam mendengarkan, agar muncul trust, atau obrolan dan komunikasi dari hati kehati, ada ketulusan, tidak mencari keuntungan, ada empati.
Ada sebuah fakta yang mungkin dapat menjadi pembelajaran bagi kita. Kita bekerja paling tidak 8 jam/hari, maka kita menghabiskan waktu sebanyak 4 jam untuk berkomunikasi. Dari 4 jam itu, kita mendengar sebanyak 2 jam, dari 2 jam tadi, kita benar-benar fokus mendengarkan sebanyak 1 jam. Dari 1jam kegiatan mendengarkan itu, kita mampu mengerti sebanyak 30 menit. Dari 30 menit hal yang kita mengerti, yang kita percayai hanya 15 menit. Dari 15 menit yang kita percayai, yang berhasil kita ingat hanya 8 menit saja. Data ini hanya mau menunjukan skil kita mendengarkan memang masih diasah dan ditempa terus menerus.
Selamat pagi sahabat, saudari saudaraku. Terkadang kita lebih banyak bicara dan lupa atau mungkin enggan mendengarkan orang lain. Dan menyedihkan, ketika kita menutup diri untuk mendengarkan orang lain. Sering tak terhindari kita selalu merasa diri paling paling sibuk, merasa diri paling dibutuhkan dalam pelayanan, paling berpengalaman, paling ahli dalam bidangnya. Mari selalu untuk mengatakan ada hal yang dapat kita gali sebagai pembelajaran dari orang lain. Ketika kita tidak mau mendengar, menutup diri untuk belajar, kita menutup kemungkinan diri kita untuk bertumbuh. Tuhan memberkati.