Pertemuan evaluasi dan refleksi pendampingan cerdas mengelola keuangan keluarga atau yang sering disebut pendampingan anggota KSM mengaplikasikan pengelolaan ekonomi rumah tangga (PERT), tim program CMLP II berkumpul dengan tim Credit Union Semandang Jaya di Balai Semandang (13/07/2015). Pertemuan ini bertujuan menemukan pembelajaran bersama tentang kesulitan dan tantangan pendampingan PERT dan menemukan strategi bersama melakukan pendampingan yang lebih cocok dan tambah bermanfaat. Hadir dalam pertemuan 4 staf Caritas (Aloysius Rachmad, Stepanus Adiyanto, Jelly Karel Peyoh, dan Petrus Apin) dan 4 staf CU SJ (Lanius Leman, B.Pinarko, V.B.Kalun, dan P.Conto).
Hasil sharing evaluasi dan refleksi
bersama, ternyata yang menjadi akar masalah utama penyebab sulitnya dan
payahnya anggota menerapkan pembukuan keuangan keluarga adalah persoalan
mindset (pola pikir) bukan karena ketidakmampuan membaca dan menulis (hasil
temuan midterm evaluasi program CMLP 27-29/06/2015). Kabag SDM CU SJ;P.Conto
mengatakan ini adalah masalah ekonomi dengan harga komoditi karet rendah
mempengaruhi pola budaya, gaya hidup komsumtif tinggi dan instan sangatlah
nampak di masyarakat khususnya lagi adalah anggota CU. Jadi, upaya untuk
mengubah budaya dan pola pikir memerlukan proses yang lama. Kabag Kredit CU SJ;
pak B.Pinarko menambahkan, anggota/masyarakat akhir-akhir ini mudah
terprofokasi oleh oranglain, apalagi saat sekarang lagi trendnya jual lahan dan
budidaya tanam sawit. Cara cara instan ini semakin memperkuat budaya mindset
tadi mengalahkan intervensi program kita kepada masyarakat.Koordinator lapangan
Caritas; Aloysius juga berpendapat bahwa intinya
sekarang adalah "mindset anggota/masyarakat" adalah masalah utama.
Mereka tidak punya target yang jelas dan tidak punya kebiasaan mencatat. Saya
harap ada sebuah pelatihan penyadaran yang mampu membawa anggota berpikir
kritis dan mau melakukan perubahan. Koordinator Tanggap Darurat CMLP;Petrus Apin juga menambahkan pengalaman tim
CMLP bahwa tim lapang pernah melakukan pendampingan penyesuaian jadwal
sebagai salah satu tindakan adaptif terhadap kalender musim, namun modal
pembelajaran ini belum mampu memotivasi anggota KSM memulai budaya merencanakan
dan mengelola keuangan keluarga dengan cerdas, saya setuju solusi perubahan
mindset adalah memberi pelatihan penyadaran kritis dan saat melakukan
kreatifitas immersion menggunakan filosophy “menempa parang”. Kabag MBD; Lanius
Leman menanggapi data data yang disampaikan oleh Caritas adalah riil
dan menjadi pembelajaran yang bernilai baik. Ada yang belum dicapai ditingkatan
KSM sehingga hal ini belum maksimal, ya kadang-kadang yang kita inginkan belum
tentu sesuai dengan keinginan mereka. Kehadiran kita ditengah masyarakat, terkesan
membuat masyarakat dampingan kurang fokus. Ada program CU mau mengundang mereka
dalam sebuah pertemuan motivasi atau pengembangan diri guna membuat mereka
fokus. Suasana dan tempat pertemuan sangat menentukan kondisi nyaman dan
konsentrasi peserta mengikuti pelatihan. Penyampaian materi sehari yang pernah
kita lakukan bersama caritas adalah terbatas waktu dan muatan materinya. Ada
materi analisis sosial sebagai pendekatan "brainstorming/bongkar
pikiran" belum tergali guna menyadarkan mereka. Pengalaman CU, perlu 1
hari membuka pikiran mereka atau memberi pencerahan, 1 hari lagi materi aplikasi. (PA)