PSE-Caritas Ketapang

Website Resmi PSE-Caritas Keuskupan Ketapang

VIDEOS



“Kami tidak anti sawit, apa yang salah dengan sawit” ujar pak Sedan. “tidak ada” ungkapnya kembali dalam pertemuan diskusi dengan tema “ memutus rantai perdagangan karet dan peningkatan olahan produktivitas karet” di Botong, desa Kwalan Hulu Kecamatan Balai Berkuak, Ketapang, Rabu18/2/2015. Pertemuan antara petani karet dengan pabrik PT Kirana diinisiasi oleh Caritas Keuskupan Ketapang bekerja sama dengan Usaid-Ifacs. Hadir pada pertemuan diskusi tersebut, Bapak Aloysius,korlap CMLP, Petrus Apin PIC Usaid-Ifacs, bapak  Walizar Husyni, Ragil Aris Widiawan/Sourching Development Officer, dan Asep Nugroho/Kasie Kadar. 

Zaman berlalu.  Sudah 70 Tahun merdeka.  Sebagian besar penduduk pedalaman hidup dari karet. Karet itu adalah pasokan tenaga kami dari jaman nenek moyang. Selama ini dengan karet pula kami menyekolahkan anak-anak kami, ujar Kepala Desa ini dengan anthusias membuka pertemuan. 

“Di Pontianak ada 7 pabrik karet, perlu ada penertiban  kembali untuk Bokar agar seragam, karena dengan bokar yang sudah diatur dalam permentan petanilah yang akan diuntungkan”. Papar Walizar. Lebih jauh dia mengatakan, “kita kalah bersaing dengan pemasuk karet dunia seperti Taiwan dan Kamboja, Malaysia yang mengutamakan kwalitas olahan karet, jadi kalau mau karet punya harga ya mari kita kembali ke bokar yang baik dan standar”. Saya membuka kesempatan kepada para petani untuk bertransaksi langsung untuk memperpendek mata rantai perdagangan karet, tantang pak Walizar sebagai maneger pembelian.
 
Sementara itu, Petrus Apin mantan PIC Caritas dalam proyek kegiatan LEDs dukungan USAID IFACS menjelaskan bahwa berjejaring menjadi sarana kita meningkatkan rantai nilai produk masyarakat termasuk akses ke pasar.  Bila saja petani memiliki rencana aksi yang jelas dan pasti, dalam rangka membangun kerjasama dibidang pasar dan mutu karet, ini menjadi peluang yang baik dengan  pabrik PT.Kirana. imbuhnya.

 “Jumlah pengepul di desa Kualan Hulu ada 5 orang, dalam sebulan dengan kondisi petani aktif menyadap terkalkulasi di atas 100 ton per bulannya, ungkap Kepala Desa yang juga adalah  pengepul karet,”
Aloysius menambahkan “pasca pertemuan ini diharapkan ada manfaatnya, dan silahkan para pengepul bisa berdialog langsung dengan pabrik serta pihak anak buah penyadapnya masing-masing”.


Sudah sepantasnya karet mendapat perhatian lagi. Saya ingat ketika mengadakan studi kelayakan livelihood promosi bersama komunitas dampingan di desa ini, bagi orang Botong menoreh karet adalah sumber kehidupan yang sudah sangat familiar dan merupakan warisan turun temurun. Memiliki kebun merupakan lambang kekayaan keluarga. Ada rasa aman bila memiliki kebun karet. Pasalnya tanah waktu itu sangat mudah di dapat dan terjaga baik keutuhan hayatinya, dan orang tidak mudah ngaku-ngaku memiliki tanah hutan ini kecuali ada tanaman karetnya.

Namun sekarang, setelah sekian tahun merdeka, jalan trans-kalimantan sudah terbangun, kembali karet menjadi masalah. Maksud saya, bukan karet pada dirinya yang membuat masalah, justru pada pemangku kepentingan yang terkait karet mulai dari petani, pedagang, pengepul, pabrik karet, pak kepala dinas, bupati dan gubernur mungkin juga sampai pak presiden. Entah apa yang salah dengan wilayah pedalaman, entah apa dosa-dosa mereka. Baru ini terjadi harga karet sedemikian terpuruk, hampir tidak berarti. Rakyat pedalaman sudah terbiasa dengan turun naik harga, namun kini benar-benar telah menyentuh sendi-sendi livelihood rakyat pedalaman.

“Makanya jangan hidup dari satu komoditi, kalian minimal harus hidup dari 7 komoditi” tegas Bapak Ir Sikat, kepala Dinas perkebunan Ketapang dalam tatap muka dengan kelompok petani karet di Giet,Oktober,2014, Kecamatan Simpang Hulu Balai Berkuak. Pejabat yang membesarkan hati masyarakat yang lagi terpuruk, sudah jamak. Itulah budaya hidup di pedalaman sangat unik. Kalau tanaman karet sudah menjadi tanaman turun temurun dan cukup memberi rejeki, buat apa tanaman lain lagi. Namun ketika livelihood karet ini tidak menjawab kebutuhan mereka, mereka belum puas, biarpun mereka mendengar sukses petani sawit di tempat lain. Itulah kehebatan moral mahkluk yang bernama karet. “Nenek moyangku telah mewariskan ini dan berpesan, jangan biarkan tanah mu kosong, tanamlah karet, tanamlah karet” cetus Kek Barek.

Bapak Gurbenur dan bapak Bupati, anda pasti sudah tahu bahwa harga karet kini telah membuat kami petani karet tidak berdaya. Bapak juga tahu bahwa kami  punya hak yang sama dengan petani sawit yang selalu mendapat perhatian lebih, berbuatlah sesuatu untuk kami, katakanlah sesuatu kepada pabrik yang lebih mengutamakan berat karet dari pada kwalitas olahan karet.  Bukankah peraturan mentri pertanian no 38 th.2008 tentang pedoman pengolahan dan pemasaran bahan olah karet (Bokar) sudah jelas dan bahwa komoditas karet merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara, menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dan membantu pelestarian fungsi lingkungan hidup. Bapak Gubernur dan Bupati, apabila kami bekerja dan hasilnya tidak cukup untuk beli 1 kg beras bagaimana menghidupi keluarga kami. Rakyat pedalaman sudah menjerit menyaksikan harga karet yang meluncur drastis. Petani karet semakin terpuruk, sehingga kemampuan beli beraspun hanya untuk sekali makan. Sedih.

Kami juga sudah berusaha mencari tahu seperti apa sih tuntutan bahan olahan karet yang diminta oleh pabrik. Penjelasan yang kami dapat dalam pertemuan tersebut sangat masuk akal, pabrik akan menerima karet dengan harga baik kalau olahan karetnya  berkwalitas, bukan menerima berat karet. Namun bagaimana orang mampu memilih berkompetisi kalau ternyata banyak pabrik dengan mafiosonya yang menerima berat karet, tidak peduli tebal atau tipis yang penting berat. Akibatnya petani berlomba untuk mengolah karet sembarangan yang penting berat, tebal.

Point saya bapak Gubernur dan Bupati, sederhana saja, itupun seandainya berita ini sampai di telinga bapak-bapak.  Hadirlah dengan sentuhan pada saat petani kami sedang terpuruk.Jangan sekali kali mengabaikan mereka.  jangan sekali kali membiarkan oknum atau mafioso bermain main dengan bokar buruk tanpa standar. Sejatinya karet  adalah livelihood  rakyat yang selalu melekat dalam hidup dan kehidupan. Katakanlah sesuatu biar rakyat petani bersemangat kembali.
Katakan sesuatu untuk mendukung petani,karena sebagaian besar pemilih anda juga adalah petani karet. Operasilah sekali-kali ke pabrik, buatlah petani kami kembali bersemangat bekerja.   Ckk-papin

| Blogger Templates - Designed by Colorlib