Satu
kearifan lokal yang hingga kini dipertahankan penduduk Kepari adalah menjaga
hutan mereka dengan membangun rumah pondok yang lengkap dengan peliharaan
mereka. namanya tembawang(pedahasan).Di tembawang (dahas) tersebut mereka akan menanam karet, menanam buah buahan,
berladang. Mereka tidak menyebutnya konservasi, tapi menjaga hutan dengan
ciklus waktu tertentu.
Berburu
binatang juga adalah cara mereka mengontrol hutan, mereka tidak akrab dengan
istilah “monitoring”. Ciri utama berburu selalu dalam bentuk group dengan
membawa anjing pemburu yang sudah terlatih. Sambil berburu mereka akan mengamati dan mencari tahu apakah ada
orang lain yang berburu di wilayah mereka.
Hutan
yang mereka jaga dan lindungi adalah sebuah bukit dengan kekayaan alam yang masih
perawan. Lihat misalnya pohon besi atau ulin yang menjadi kebanggaan mereka. Mudah mudahan akses jalan perusahan tidak meluluh lantakan keutuhan ciptaan Tuhan.
Lihat
juga pohon lalao yang mereka pelihara untuk diambil madunya.
Mereka pelihara dengan baik.
Kalau masih ada pacet, sejenis lintah pembersih darah, pertanda
bahwa kehidupan ekologinya masih sempurna.
Mereka
tidak akan sembarangan menangkap ikan,
Mereka
pakai “bubu” biar ikan kecil bisa lewat, namun ikan besar cukup untuk makan
mereka.
juga
tidak akan sembarangan mengambil hasil hutan tanpa permisi dengan Jubata
(penunggu hutan yang mereka tanda dengan tempat “keramat”
Angrek Kalimantan sangat terkenal, tapi tdak sembarangan orang boleh mengambil. Ada
perijinan yang tidak terucapkan.
Ketika
kita mencoba mendokumentasikan nilai-nilai kehidupan yang ada di hutan, dalam
bentuk kesepakatan mereka perlu meminta persetujuan dengan Sang Duwata, mereka
perlu permisi, mereka harus menyucikan kesepakatan itu dengan darah, pertanda
kehidupan harus tetap dijaga.
Sang
Pemangku adat memang sudah tua, namun patuh memegang adat istiadat. Jangan coba
coba memetakan wilayah tanpa ada kata sepakat dari tetua.(Hen)