PSE-Caritas Ketapang

Website Resmi PSE-Caritas Keuskupan Ketapang

VIDEOS

Kepala puskesmas kecamatan Simpang Hulu (pak Dewanto) ketika ditemui di kediamannya, beliau merasa senang berkenalan dengan teman-teman dari Caritas  Nasional Indonesia (pak Jamari) dan pak Kasih dari Caritas Keuskupan Sibolga. Terjadi sebuah komunikasi yang transaksional bagaikan mengalun tiada henti namun rasional antara si pengunjung dan pemilik rumah yang dikenal vocal oleh banyak orang ini. Pak Kasih paling getol berdiskusi sambil memberikan pertanyaan informative melihat sejauh mana pemangku kepentingan kesehatan terlibat bersama Caritas Keuskupan Ketapang dalam meningkatkan kemampuan daya kelola oleh masyarakat (community manage) di empat Kelompok Swadaya Masyarakat dampingan CKK. Mantan sekretaris umum Dewan Adat Daerah (DAD) kabupaten Ketapang ini mengawali penjelasannya dengan kata “ ada rasa kasih”. Secara pribadi maupun institusi yang dipimpinnya bermimpi meningkatkan pelayanan kesehatan terjangkau diseluruh wilayah pengembangan kerjanya; penempatan tenaga kesehatan di desa/dusun, peningkatan ketrampilan bidan untuk anak melahirkan. Termasuk komitmen kami melakukan penyuluhan kesehatan di empat KSM dampingan CKK. Diharapkan masyarakat setelah mendapatkan pengetahuan penyuluhan, ada perubahan prilaku secara perlahan-lahan tentang kesehatan dasar. Masyarakat tidak lagi buang air besar sembarangan karena bisa menimbulkan pentakit. Memang, ada sejumlah tantangan mengubah prilaku masyarakat, karena factor budaya, prilaku pribadi dan ekonomi keluarga/masyarakat belum baik. Diharapkan juga, model pendekatan Promosi Penghidupan yang dikelola oleh Masyarakat ini pelan tapi pasti bisa memperbaiki kualitas ekonomi masyarakat. Berdampak kemudian perubahan pada ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan meningkat pula. Keprihatinan putera asli penduduk Simpang Hulu ini, juga tertuju kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat pedalaman. Bahwa, sedang terjadi proses masyarakat menuju kemiskinan dan tak berdaya alias masyarakat/kelompok rentan  bila tak ada resilience dibangun mulai dari sekarang. Petani terbiasa dengan budaya kerja menoreh dan berladang, juga akrab dengan hutan. Kedatangan livelihood sawit dengan berbagai macam propaganda menarik bisa meluluhkan hati petani, asset menjadi hilang menjadi milik orang lain karena dijual untuk kepentingan sesaat. Tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk melakukan aktivitas penghidupan baru karena dituntut ketrampilan. Para pendatang berkuasa dan memiliki kekuatan uang, terjadi kompetisi hidup yang tidak seimbang dan masyarakat asli  tidak siap. Akhir kata sebagai saran dari bapak yang pernah menjadi ketua kerasulan awam ini, agar meningkatkan publikasi model pendekatan ini kepada public, bisa menarik perhatian pemimpin daerah lain untuk mereplikasikannya. CMLP Quo vadis? September 2013 ada Expo CMLP. (AP)
| Blogger Templates - Designed by Colorlib