Ketapang diguyur hujan |
Caritas Ketapang.com – Hujan deras
disertai angin kencang mengguyur Ketapang dan wilayah sekitarnya selama kurang lebih satu
jam, Rabu, 28/11/2015 pk 18.30 membuat warga Ketapang bergairah dan anthusias. Sangat bisa dipahami karena sejak 3 bulan terakhir Ketapang gelap
sendu, sesak nafas, perih mata, dan terkadang kepala pusing, dikepung asap padahal berbagai aksi pengurangan resiko bencana
asap sudah dilakukan, seperti menyiram titik api di wilayah gambut Pelang,
namun asap semakin tebal saja.
Nampaknya harapan satu satunya
ditumpahkan pada alam kembali, setelah jiwanya disakiti, paru-parunya dilubangi
oleh kerakusan mahluk ciptaan dengan pembakaran hutan gambut dan perluasan
lahan perkebunan. Sebagian orang yang sejak awal mengingatkan jangan lagi ada
ijin pembukaan lahan, mensyukuri
pristiwa ini, agar terjadi pertobatan masal. Ya mereka sudah putus asa. Mereka
sudah tidak tahu mau buat apa lagi dengan asap ini. Gerakan membagi-bagikan masker hanya
menjadi gerakan iba hati sesaat saja.
Ataukah memang kita sudah tidak peduli lagi dengan situasi
terpapar oleh dampak asap di Ketapang, sebab jarang yang memberitakan pekatnya
asap di Ketapang di Media National. Sayangnya para pemangku kepentingan
merasa aman saja oleh kurangnya pemberitaan yang memilukan seputar Ketapang, sehingga
mereka tenang-tenang saja. Dulu ketika Ketapang diklaim sebagai pengirim dan penghasil
asap terbesar, para punggawa Ketapang
dibawah pimpinan (PJ) Bupati, bergerak cepat.
Sekarang setiap asap mengepung
Ketapang mereka bilang “Anggap saja ini
asap kiriman dari Kaltim”. Debat calon Bupati Ketapang yang diselenggarakan KPU sebatas prihatin atas musibah asap, (mereka bilang musibah) dan banyak yang berjanji akan menindak tegas para pelaku namun siapa yang peduli dengan lingkungan hidup ke depan. Disisi lain masyarakat yang membakar ladang baru, tidak merasa bersalah karena ini sudah warisan bertahun-tahun, dan luasnya juga tidak seberapa dibandingkan perluasan lahan yang tetap diterbitkan untuk perkebunan sawit.
Serasa tidak ada jalan keluar lagi, serasa tidak perlu lagi gerakan pengurangan karhutla (kebakaran hutan dan lahan), serasa semua
bisu, serasa apa yang telah dilakukan tidak berdampak.
Dan hujan telah mengguyur Ketapang, namun
lihatlah besok, asap akan datang lagi karena luasnya hutan dan gambut yang dikeringkan dan kini terbakar.
Ingin rasanya menyampaikan kepada Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan bahwa sesudah usaha pemadaman kebakaran dengan
helikopter selanjutnya tidak ada gerakan pengurangan karhutla di Ketapang, kecuali menebar himbauan lewat sepanduk "desaku bebas api" atau dilarang membakar.
Kini yang hiruk pikuk,lalu lalang adalah bunyi alat berat di wilayah Tanjung Beulang Serangkah Kecamatan
Tumbang titi, meski ijin pembukaan lahan baru sudah tidak diterbitkan lagi, namun “ijin extension (perluasan ) nampaknya berjalan mulus untuk perusahan tertentu. Itu aja sih. (suklan)