Sang Surya pun menangis,memerah. |
Caritas
Ketapang – Ketika Bapak Presiden memerintahkan Kapolri dan Mentri
lingkungan hidup dan kehutanan menindak tegas perusahan yang melakukan
pembakaran lahan dan hutan, bila perlu mencabut ijin perusahan yang lalai, ada
secercah harapan bahwa jajaran pemda di Ketapang ini akan bergerak cepat.
Masalahnya asap yang tebal sudah sangat mengganggu aktivitas kehidupan.
Tidak
tanggung-tanggung, Bapak presiden mengeluarkan perintah itu dari lokasi
kebakaran lahan di desa Pulau Geronggang, Kecamatan Pedamaran Timur, Kabupaten
Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan, 6 September. Sungguh luar biasa. Pastilah
beliau merasakan betapa perihnya mata kena asap.
Kompas Com,
menceritrakan, bahkan, untuk sampai di lokasi Presiden harus menempuh perjalanan
darat sekitar 3 jam melewati jalan berdebu. Luar biasa. Tidak terbayangkan oleh ku salah satu penghuni
Ketapang, Pak Presiden di dampingi Pj. Bupati Ketapang dan BNPBD tak ketinggalan SKPD-nya bakal ke
Kepuluk-Indotani Sie Melayu dalam rangka hadir menyaksikan pemadaman api. Pasti akan
menggemparkan. Pastilah sebelumnya Pemerintah akan sibuk memperbaiki jalan Pelang-Tumbang
titi, ketimbang memadamkan api dari lahan gambut yang hanya mengeluarkan asap
karena repak-repak kayu bagian atas sudah rata terbakar sementara dikedalaman 2
meter tanah gambut api masih gentayangan.
Sekali
lagi bayangkan, keputusan itu diambil dari lokasi kebakaran, pertanda kehadiran
dan belarasa yang amat tinggi dari pemimpin bangsa. Perih mata, sesak nafas, galau hati,yang dirasakan orang di lokasi kebakaran dan masyarakat pada umumnya, ikut beliau rasakan. “ Saya perintahkan
untuk ditindak setegas-tegasnya perusahan yang tidak mematuhi” ujar presiden
Jokowi.,
Kurang
apa lagi ya. Surat perintah dan keputusan presiden sudah diamanahkan dan diwartakan bahkan dari lokasi terdampak. Sekali lagi kalau saja
perintah ini dibuat di Kepuluk-Indotani atau Pelang, pastilah heli-heli yang melintas di atas
kota ale-ale lebih rame lagi, dan bisa lebih dipastikan orang Pontianak tidak akan teriak-teriak, “ kelaminan..kelaminan eh maksudnya kelaliman,
kelalaiman", asap dikirim oleh orang Ketapang. Penderitaan ini diakibatkan oleh
kelambanan Pemda Ketapang untuk merespon perintah presiden. Nah itu kan.
Sehebat
apapun surat perintah dan keputusan yang datang dari pusat sana, kalau pemimpin
di daerah tidak punya visi, misi, yang dekat warga, dan tidak memiliki sifat kepemimpinan
yang kuat dan berkarakter, serta, siap mendengarkan dan tanggap, persoalan asap yang mengakibatkan
perih mata, sesak dada, dan pedih hati akan terulang setiap musim kemarau tiba.
Nah ini dia, mari kita pilih dan bangun kepedulian
terhadap pemimpin dekat rakyat,yang tidak rakus, yang punya wawasan lingkungan, yang tahu
persoalan lingkungan, yang tidak akan menjadikan wilayah pedalaman sumber
keuangan dangan mengeluarkan izin-izin untuk menciptakan pembukaan lahan hutan
kembali, yang berimbas sampai kemana-mana, bahkan dunia. Ingat pesan kek
Gandhi, “ alam ini akan selalu mampu memenuhi kebutuhan bagi penghuninya, tapi
tidak cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan satu manusia yang rakus”. Itu saja
sih.
Smpang
dua,13 September 2015
suklan
.