PSE-Caritas Ketapang

Website Resmi PSE-Caritas Keuskupan Ketapang

VIDEOS


sambil berkarya menyelesaika S.ag-nya



Lima belas tahun  lalu,
Ia menginjakkan kaki pertama di Desa Kambera, Kecamatan Simpang Dua
Dengan berbekal pendidikan agama dan doa
Demi panggilan tugas sebagai abdi negara
Bertugas di desa terpencil yang  jauh dari kota
Di dalam hatinya penuh tanya
Apa yang dapat diperbuat untuk masyarakat ?
Cita-cita dan tekatnyapun menyala kembali
Untuk melakukan sesuatu yang berguna
Dengan sumberdaya alam yang berlimpah
Dimulai dengan niat  untuk berbagi
Serta berkat Tuhan yang disertai ketekunan
Pelan nan pasti, karyanya mulai menjadi kenyataan
Dimulai dengan telenta dan pengalaman yang Ia punya
Membendung sumber air dan menggunakan pipa bambu
Sebagai pengganti pipa paralon Ia lakukan
Untuk mendapatkan air bersih  dan kolam ikan
Membudidayakan lada di lahan perkarangan sekolah
Dengan harapan sebagai contoh dan pendapatan tambahan
Budidaya tanaman padi sistim  irigasi dan lada pun Ia lakukan
Contoh dan keberhasilan tersebut tak luput dari cerca dan olokan
Oleh masyarakat yang belum sadar dan tak mengerti
Namun tantangan tidak menyurutkan tekat dan asanya
Hambatan Ia jadikan penyala semangat dan tekat
Bersyukur kepada Tuhan dan melakukan sesuatu yang berguna bagi sesama terus Ia lakukan
Berkat ketekunan, keikhlasan dan semangat berbagi tak kenal pamrih
Buah kerja kerasnya kini telah memberikan manfaat
Masyarakat yang dulunya pesimis dan mencibirnya
kini meniru apa yang telah Ia lakukan
Dari proses perjuangan yang Ia lakukan dijadikan bahan perenungan
Sehingga melahirkan sebuah motto kehidupan  baginya :
 Bahwa, iri hati awal dari bencana
Cemburu hanya  menyakiti diri sendiri
Kebaikan akan senantiasa menang
Kejahatan akan senantiasa kalah
Tuhan akan senantiasa mengubah kejahatan
menjadi kebaikan (berkat)

Itulah ungkapan yang menggambarkan karya  sang guru  SDN yang bertugas di pedalaman Kecamatan Simpang Dua, Kabupaten Ketapang yang bernama A. Parman. Ayah dari 3 orang anak ini,  kelahiran Kampung Dapan, Desa Dayung, Kec. Ledo Kab. Bengkayang pada 44 tahun silam ini memiliki komitmen tinggi dalam membangun kualitas pendidikan para muridnya dan perberdayaan masyarakat di tempatnya mengabdi. Untuk menanamkan rasa nasionalisme muridnya dan masyarakat di sekitarnya pada saat momen mengibarkan bendera merah putih saat upacara bendera pada setiap hari senen dan hari besar nasional, selain para murid dan masyarakat yang kebetulan lewat harus berhenti sejenak untuk menghormati proses pengibaran sang saka merah putih. Menurut suami dari Lusia Rusnani ini,”penghormatan terhadap jasa pejuang yang telah merebut kemerdekaan dari penjajah untuk membangkitkan jiwa nasionalisme bagi generasi muda dan masyarakat agar semakin gigih dalam mengisi kemerdekaan. Jujur, pantang menyerah dan ulet dalam segala aspek kehidupan seperti semangat para pahlawan.”
 “Pria yang hobi bercocok tanam, menyanyi dan main gitar ini pernah mengajukan pindah tempat tugasnya ke daerah asalnya sebanyak 2 kali, tetapi untungnya tidak jadi,” ungkapnya sembari mensyukuri atas kehendak Tuhan yang memutuskan agar ia tetap bertugas di pedalaman  wilayah Kecamatan Simpang Dua.
Pria yang memiliki 9 saudara ini  PNS sebagai guru mata pelajaran agama Katolik di salah satu SDN di Desa Kambera, Kec. Simpang Dua ini,  juga berkomitmen ingin memajukan sosial ekonomi masyarakat di lingkungan tempat tugasnya. Beberapa kegiatan yang telah beliau lakukan yang diharapkan dapat menjadi contoh dan sumber inspirasi bagi masyarakat adalah :
1.     Budidaya tanaman lada (sahang). Berkat keuletan dan ketabahannya dalam budidaya tanaman lada, akhirnya mampu menginspirasi masyarakat di sekitarnya untuk mengembangkan tanaman lada sehingga terbentuk komunitas petani lada. Di saat turunnya harga karet saat ini, petani lada merasa terbantu dengan harga lada kering yang harga jualnya di atas Rp. 150.000 per kilogram.Pria yang memiliki pengalaman dan keterampilan budidaya tanaman lada  dari daerah asalnya Bengkayang ini bahkan dengan tangan terbuka menerima masyarakat yang berminat belajar dan memesan bibit lada dari kelompoknya.
2.     Merintis sistem budidaya tanaman padi di lahan basah (payak) secara menetap. Berbekal keuletannya beliau berhasil memberi contoh kepada petani di sekitanya untuk menanam padi secara menetap. “Walaupun insfrastruktur irigasasinya dibangun secara manual dan swadaya, hasil panennya lebih tinggi dibandingkan dengan sistem ladang dan biaya operasinalnya semakin lama semakin murah,” ungkapnya. Pada saat ini sudah cukup banyak masyarakat di sekitarnya  yang mengikuti jejaknya.
3.     Memanfaatkan sumber air sebagai sumber air minum, MCK dan budidaya ikan air tawar. Dengan bermodalkan sumberdaya alam yang tersedia, beliau menggali dan membendung sumber aliran air dan mengalirkannya dengan batang bambu, akhirnya air dapat dialiri sampai ke pemukiman dan rumahnya.”Kita harus memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar kita, jangan harus menunggu bantuan dari luar, asal kita nekat dan ulet,” ungkap Suparman saat mengenang upayanya tersebut. Dan masih banyak kegiatan lain yang dirintis sang ispirator yang ramah, rendah hati dan senang berbagi ini.

Keberhasilan yang diraihnya tersebut tidak terlepas dari mimpi kerja keras yang akhirnya berbuah manis, walaupun pada awalnya selalu mendapat cemoohan dan olokan dari masyarakat  yang melihat kegiatannya, tetapi saat ini masyarakat telah mengikuti jejak dan menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat.

Saran beliau jadi agen perubahan bagi masyarakat harus dengan contoh, ikhlas, keteladanan dan tabah. Sistim pembangunan kedepan harus ada berorientasi pada pengelolaanterorientasi dan  pemanfaatan sumber daya alam ( SDA) secara bermakna bagi proses kehidupan dan keseimbangan lingkungan.(marselus)

| Blogger Templates - Designed by Colorlib