Saat
diwawancarai bagaimana perkembangan inisiatif KSM dan masyarakat perihal usulan
peraturan dusun tentang penertiban ternak, raut wajah ketua KSM Siling Pancor
Aji sungguh menunjukan ekspresi sedih dan kurang bersemangat serta menimbulkan rasa iba-kasihan. Di
teras kediamannya, Mungkin sapaan akrabnya,sebagai ketua kelompok, berbicara apa adanya tentang situasi politik kampung dan kondisi teman-teman seperjuangan di
dusunnya. Pasalnya ada uneg-uneg yang tidak mampu dikeluarkan ketika berhadapan dengan Pengepul Karet sekaligus Kades untuk Desa Merawa.Teman-teman KSM dan masyarakat dan para tokoh masyarakat
sudah bertahun-tahun menggantungkan hidup ekonominya kepada beliau. Inilah masalahnya, kalau urusan kepentingan publik bersinggungan dengan kepentingan pribadi. Hingga tulisan ini diturunkan, masyarakat Giet belum menemukan alasan, kenapa Bapak Kepala Desa belum juga mau menandatangani usulan masyarakat Giet dan KSM dalam penerbitan
perdus "penertiban ternak". Sungguh tidak bisa diterima akal sehat kami, justru ternak sapinya berkeliaran mencari makan di sekitar
pemukiman, keluh Pak Mungkin.Kami sudah putus asa tapi tidak mampu bergerak. keluhnya lebih lanjut. Masyarakat sesungguhnya merasa resah dan terusik karena sapi yang dilepas bebas milik pak Kades berkeliaran bebas dan mengganggu
aktivitas dan membuat lingkungan menjadi tidak sehat dan tidak bersih karena
kotoran bertebaran di jalan dan disekitarnya.
Ada dua
pilihan yang harus ditempuh oleh masyarakat Giet dan KSM SPA, pertama tetap
kompak dan berani memperjuangkan perdus tersebut. Kedua, KSM memikirkan dan
menggali potensi tindakan kearifan yang ada dengan menanam karet jauh dari pemukiman sehingga tanah terlindungi dan tergarap, juga jauh dari gangguan sapi.
Namun gerakan untuk menekan Kades agar memberlakukan perdus yang telah kami musyawarahkan bersama masyarakat Giet tetap harus dilakukan.“Saya akan meyakinkan kembali teman-teman dan masyarakat lainnya, terutama para tokoh dengan pendekatan personal untuk mendiskusikan terus menerus, dengan harapan info kemanfaatan perdus meluas sedusun dan menjadi pemicu gerakan bersama untuk membangun dusun Giet" ujarnya bersemangat ketika diwawancarai.
Fasilitator Caritas juga sudah menemui bapak Julianus Camat Simpang hulu untuk menyampaikan keprihatinan tentang sapi Kades yang lepas bebas di pemukiman penduduk Giet, namun hingga kini belum ada perubahan yang berarti. "Secara pribadi, saya tidak perlu menunggu perdus disahkan, apa pun caranya tetap melakukan budidaya karet unggul,bila pagar rusak disrudug sapi kami bangun kembali, saya pastikan agar bahan pagar baru nanti tidak memberi celah untuk kepala sapi masuk", ungkap Mungkin kesal.
Namun gerakan untuk menekan Kades agar memberlakukan perdus yang telah kami musyawarahkan bersama masyarakat Giet tetap harus dilakukan.“Saya akan meyakinkan kembali teman-teman dan masyarakat lainnya, terutama para tokoh dengan pendekatan personal untuk mendiskusikan terus menerus, dengan harapan info kemanfaatan perdus meluas sedusun dan menjadi pemicu gerakan bersama untuk membangun dusun Giet" ujarnya bersemangat ketika diwawancarai.
Fasilitator Caritas juga sudah menemui bapak Julianus Camat Simpang hulu untuk menyampaikan keprihatinan tentang sapi Kades yang lepas bebas di pemukiman penduduk Giet, namun hingga kini belum ada perubahan yang berarti. "Secara pribadi, saya tidak perlu menunggu perdus disahkan, apa pun caranya tetap melakukan budidaya karet unggul,bila pagar rusak disrudug sapi kami bangun kembali, saya pastikan agar bahan pagar baru nanti tidak memberi celah untuk kepala sapi masuk", ungkap Mungkin kesal.
Pembelajaran kecil yang menarik ialah sesungguhnya KSM SPA mampu mengidentifikasi kerentanan gagal tanam dan pemeliharaan meski perdus pengandangan ternak gagal. Masyarakat dan KSM juga mampu mengidentifikasi kapasitas dan
kearifan yang ada untuk mengurangi resiko gangguan ternak liar dengan mencari tempat yang aman. Anggota KSM SPA
Pede misalnya, ketua tim 7 ini sudah mengantisipasi gangguan ternak sapi dengan
mengelola kebun karet unggulnya jauh dari jangkauan sapi. Posisinya jauh dari
pemukiman dengan kondisi sapi tidak mungkin melewati hutan belantara, namun
bisa dijangkau olehnya dari rumah ke kebun
± 10 menit dengan kendaraan roda dua.Jadi, sampai sekarang 300 lebih
pohon karet unggul milik saya masih aman-aman saja, tuturnya sedikit sombong
didepan teman-temannya.
Beberapa anggota KSM lainnya yaitu Simbat, Atam, dan Udeng tidak kalah berkomentar. "meski beresiko kami berladang dan berkebun karet di puncak bukit Pancor aji" kisahnya. Giet dengan alam berbukit sangat indah. Sungguh sangat disayangkan kalau setiap musim berladang tiba harus bukit itu gundul dibabat dan dibakar untuk kepentingan berladang. Harusnya aparat dan kepala desa belajar dari pengalaman kabut asap yang telah mengganggu berbagai macam aktivitas kita beberapa waktu lalu.
Kalau orang kampung saja mau belajar, seharusnya Kepala desa yang diberi amanah untuk membangun desa dengan otoritasnya harus lebih tanggap dan arif. Itu saja sih.(Papin)
Kalau orang kampung saja mau belajar, seharusnya Kepala desa yang diberi amanah untuk membangun desa dengan otoritasnya harus lebih tanggap dan arif. Itu saja sih.(Papin)